TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Amir Papalia mengaku melihat pertemuan orang mirip suami Wayan Mirna Salihin, Arief Soemarko, dan barista kafe Olivier, Rangga Dwi Saputra, di depan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, sehari sebelum Mirna tewas karena kopi beracun sianida di kafe Olivier, 6 Januari 2016.
Publik bertanya-tanya, kenapa Amir baru menyampaikan hal itu jelang majelis hakim PN Jakarta Pusat menjatuhkan vonis untuk Jessica Kumala Wongso selaku orang yang menjadi terdakwa pembunuhan Mirna? Apalagi Amir mengaku wartawan tabloid Bhayangkara Indonesia (Bharindo) Divisi Hukum Mabes Polri punya akses ke pihak kepolisian.
Amir Papalia punya jawaban atas pertanyaan tersebut yang disampaikannya dalam jumpa pers di Hotel Santika, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Sabtu (22/10/2016).
Amir mengaku sudah menyampaikan apa yang dilihatnya itu kepada penyidik Jatanras Polda Metro Jaya beberapa hari setelah kematian Mirna yang juga ditayatangkan di televisi pada pertengahan Januari 2016.
"Saya tidak buka, karena saya sudah buka di polda," kata Amir Papalia.
"Tapi, karena sekarang ini diangkat, daripada saya malu karena Salihin (ayahanda Mirna, Edi Darmawan Salihin) menjelek-jelekkan saya, saya dibilang kalau berani muncul yah saya muncul. Saya tuh asli," sambungnya.
Amir menceritakan, melihat pertemuan orang mirip Arif Soemarko dan Rangga Dwi Saputra di tepi jalan depan pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Januari 2016, sekitar pukul 15.50 WIB.
Ia juga menyampaikan ciri-ciri fisik, kemeja kedua pria tersebut hingga kantong plastik hitam yang dipegang. Namun, Amir tidak konsisten menjawab kala ditanya persentase tingkat kemiripan dua pria yang dilihatnya dengan wajah asli Arif dan Rangga.
Selain itu, Amir juga membantah sempat melihat orang yang mirip Arif itu menyerahkan plastik hitam berisi uang Rp140 juta kepada Rangga. Hal ini berbeda dengan transkrip pengakuannya yang dibacakan oleh tim penasihat hukum Jessica dalam sidang pembacaan duplik di PN Jakpus, Kamis (20/10/2016), yang menyebut dirinya melihat penyerahan uang itu.
Pemberitaan tewasnya Mirna karena dugaan meminum es kopi yang dipesan Jessica di kafe Olivier terjadi pada Rabu petang, 6 Januari 2016. Hasil penyelidikan polisi es kopi tersebut mengandung racun sianida.
Dan Amir mengaku baru tersadar dua pria yang dilihat sebelumnya mirip Arif dan Rangga setelah melihat tayangan pemberitaan terkait kematian Mirna di televisi pada tiga hari berikutnya atau 9 Januari 2016.
Catatan Tribunnews, pemberitaan pada tanggal tersebut baru dimulai dengan polisi meminta persetujuan keluarga untuk mengautopsi jenazah Mirna pada tanggal tersebut.
Namun, polisi sempat menanyakan beberapa pegawai kafe Olivier untuk keperluan pra-rekonstruksi perkara 11 Januari di lokasi kejadian. Saat itu, stasiun televisi menayangkan prarekonstruksi di kafe Olivier yang juga menghadirkan pegawai kafe.
Adapun pemberitaan pemeriksaan pertama Arif untuk keperluan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) di Mapolda Metro Jaya terjadi pada 21 Januari 2016. Dan Arif baru diperiksa penyidik polda pada 28 Januari 2016.
Dalam jumpa pers ini, Amir Papalia mengaku penasaran dan curiga dengan kasus tewasnya Mirna setelah menyaksikan tayangan berita dan pertemuan orang mirip Arif-Rangga bertemu yang dilihatnya. Ia curiga Jessica bukan orang meracuni Mirna dengan sianida ke dalam es kopi, melainkan orang dekat.
Bermodal jatidiri sebagai wartawan Divisi Hukum Mabes Polri, Amir melakukan pencarian keberadaan Jessica dan keluarga, pengacara Jessica, serta keluarga korban, Edi Darmawan Salihin.
Itu dilakukannya juga karena ingin menginformasikan kecurigaannya orang dalam terlibat pembunuhan Mirna sebagaimana pertemuan orang mirip Arif dan Rangga yang dilihatnya.
Ia mengaku telah mendatangi komplek kediaman Jessica di Sunter, Jakarta Utara. Namun, ia hanya bertemu dengan Ketua RT setempat, Paulus. Sang Ketua RT membantunya menghubungi pengacara Jessica, Yudi Wibowo. Namun, Yudi tak mengangkat telepon Paulus.
"Itu sekitar empat hari kemudian, kan Jessica sudah disorot terus. Bisa tanya ke Pak RT, Pak Paulus. Jadi, saya sudah dari Januari, bukan baru sekarang saya buka," katanya.
Ia juga mengaku mencoba cari tahu alamat rumah Mirna dan nomor kontak ayahanda Mirna, Edi Darmawan Salihin. Namun, upayanya itu tak membuahkan hasil.
Lantas, ia memutuskan mendatangi kafe Olivier untuk menemui dan mengkonfirmasi Rangga sebelum polisi menggelar rekonstruksi perkara. Namun, ia tidak bisa menemui Rangga dan hanya diterima oleh manager kafe.
Amir menanyakan manager tersebut tentang keberadaan Rangga pada 5 Januari 2016 sekitar pukul 16.00 WIB serta kendaraan yang biasa dikendarai Rangga. Dan manager tersebut mengakui Rangga tidak berada di kafe Olivier pada saat itu.
"Lalu saya tanya, kalau tidak ada, yang di sana (depan Sarinah) waktu itu siapa. Lalu saya tanya lagi, apakah dia pakai baju kotak-kotak. Lalu, saya berapa (plat nomor) motor atau mobilnya," kata Amir mengulangi pertanyaannya ke manager kafe Olivier.
Belum semua pertanyaan dijawab oleh manager tersebut, Amir mengaku didatangi dan dibawa polisi ke Mapolda Metro Jaya. Lantas, ia diperiksa polisi tentang asal-usul dan keperluannya mencari-cari Rangga di kafe tersebut.
Ia mengaku ke polisi sebagai wartawan dari Divisi Hukum Mabes Polri tabloid Bharindo. Namun, ia tak mengantongi kartu identitas wartawan maupun surat penugasan dari kantor kerjanya.
"Waktu itu ID saya masa berlakunya habis. Karena saya bagian pengembangan nggak perlu surat penugasan. Tapi, saya bisa pertanggungjawabkan," kata dia.
Ia mengaku saat itu telah menginformasikan tentang pertemuan pria mirip Arif dan Rangga yang dilihatnya kepada polisi. Namun, tidak direspon.
"Saya sampaikan itu, tapi tidak direspon. Lalu katanya pulang saja lah pak. Saya yang minta pulang. Di situ ada dua jam," ujarnya.
Setelah itu, ia mengaku coba menemui tim pengacara Jessica, Otto Hasibuan dan Yudi Wibowo. Namun, upanya itu juga tidak membuahkan hasil. Rencananya janjian pertemuannya dengan Otto gagal lantaran ia mengaku terjebak macet di jalan. Ia justru mendapatkan SMS balasan kurang mengenakkan dari Yudi Wibowo.
"SMS dari Yudi menyakitkan. Saya dibilang tidak berkompeten, tidak berkepentingan dan tidak bermanfaat," ujarnya.
Amir juga mengaku sempat bertemu dan berdiri di sampingi ayahanda Mirna, Edi Darmawan Salihin, saat persidangan Jessica di PN Jakpus. Namun, ia tak memberitahukan informasinya itu kepada Edi Darmawan karena tujuannya ingin bertemu dengan tim pengacara Jessica.
"Sebenarnya, saya ingin bertemu da dari dulu. Saya mau bilang, marilah kita kerjasama untuk membuka sebenarnya siapa pelakunya ini. Saya juga tidak mau menuduh, kita akan cari tahu bersama," kata Amir.
"Tapi, kemarin yang disampaikan dia malah kalau saya ini wartawan gadungan, receh-receh, saya cacing dan segala macam. Yah sudah lah, saya mengerti karena saya tahu dia sedang kehilangan luar biasa," sambungnya.
"Lalu, Anda kan wartawan dari Mabes Polri, apa tidak sampaikan informasi itu ke polisi (pejabat Polri)? Apa respon mereka, apa mereka mendukung Anda?" tanya awak media kepada Amir.
"Maaf tidak usah lah saya dibilang di Mabes Polri-nya. Saya di Divisi Hukum. Yah mereka mendukung," jawab Amir.