TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menggelar jumpa pers, Sabtu (5/11/2016).
Seperti dilansir dari tayangan langsung Kompas TV, Irjen Boy Rafli ungkap fakta , data beserta foto-foto serta gambaran proses yang saat ini sedang dilakukan polisi.
Menurutnya ada dugaan unjuk rasa disusupi oleh kelompok-kelompok yang memanfaatkan situasi bukan untuk unjuk rasa tapi melukai polisi.
"Di Merdeka Barat ini salah satu contoh (sambil menunjukkan foto pria mengayunkan bambu ke petugas), ini tidak satu orang melakukan penyerangan dengan bambu runcing, ada botol batu dilempar," jelasnya.
Boy menegaskan unjuk rasa tak boleh bawa barang-barang yang membahayakan namun kenyataannya ditemukan benda-benda berbahaya yang digunakan untuk menyerang petugas.
"Apakah ini bagian dari unjuk rasa yang disampaikan ulama atau ada elemen-elemen yang sengaja memperkeruh suasana," imbuh Boy.
Ia juga menjelaskan soal pembubaran paksa mengingat beberapa pendemo telah berbuat anarkis.
Langkah pembubaran dilakukan sekitar pukul 19.30 WIB dengan menmbakkan gas airmata.
"Itu bukan senjata api tapi senjata api tapi gas airmata agar dapat meninggalkan lokasi untuk pulang ke rumah masing-masing. Bila ada ditembak itu bukan ditembak tapi gas airmata," ujarnya.
Boy beberkan ada 3 kendaraan petugas dibakar dan 18 kendaraan yang dirusak massa.
Penjarahan minimarket
Boy juga paparkan tentang situasi di Luar Batang.
Menurutnya setelah aksi pembubaran kemudian berkembang menjadi aksi-aksi anarkis.
Antara lain melakukan penjarahan sebuah minimarket.
Boy menegaskan penjarahan tersebut bukanlah bagian dari pengunjukrasa namun kriminal murni yang memanfaatkan situasi.
"Hari ini diperiksa ada 15 apakah tersangka semua kita lihat," imbuhnya.
Selain itu Boy juga menjelaskan soal aksi massa di Luar Batang yang mengganggu pelintas bahkan ingin merusak kendaraan yang lewat. (*)