TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah mahasiswa dan pemuda dari Komite Aksi Mahasiswa Pemuda untuk Reformasi dan Demokrasi (Kamerad) melakukan aksi unjuk rasa di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Mereka meminta pihak RSCM untuk transparan dalam melakukan tender di rumah sakit tersebut.
"Kami menduga salah satu peserta tender memiliki jaringan yang kuat dimana hanya peserta satu satunya yang memasukkan dokumen pernyataan persetujuan bisnis," ungkap Koordinator Lapangan, Randi Ohinaung, Kamis (10/11/2016), seperti dalam keterangannya.
Hal ini, kata dia, dibuktikan dalam dokumen tender tersebut dimana seluruh surat pernyataan ada formatnya di dalam dokumen tender. Peserta tender hanya tinggal mengikuti format yang ada tetapi untuk surat pernyataan ini tidak ada dokumen tender sehingga dianggap bukan sebagai surat pernyataan.
"Tetapi sebagai informasi dan hanya ada peserta tender yang bisa memasukkan surat pernyataan tersebut," sambungnya.
Seharusnya, kata dia, pada tahapan ini untuk evaluasi administrasi jika mengacu pada halaman belakang berlaku system scoring dan berdasarkan system scoring yang ada harusnya hanya tiga perusahan yang lolos.
"Sangat kental ada unsur kesenjangan dalam membuat persyaratan administrasi yang kontradiktif pada dokumen tender pertama," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presidium Kamerad, Haris Pertama meminta Kementerian Kesehatan segera bentuk tim audit ULP secepatnya untuk menyelidiki dugaan itu.
"Kami mendesak KPK, Kepolisian dan Kejaksaan mengusut pihak-pihak yang terlibat dalam permainan pelelangan tender,' katanya.
Sementara itu, peserta aksi diterima oleh pihak RSCM yang diwakili oleh Lastri dari bagian hukum RSCM.
Dia berjanji akan memeriksa data-data yang diberikan Kamerad untuk diteliti apakah ada indikasi permainan tender di RSCM.