TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perkampungan di RT 06 dan 07 RW01 Kelurahan Cawang, Kramat Jati, Jakarta Timur hanya menyisakan puing-puing bangunan pasca-penertiban yang dilakukan ratusan personel gabungan, Selasa (15/11/2016) pagi.
Sebanyak 53 rumah di sana digusur lantaran berdiri di bantaran Sungai Ciliwung.
Tidak lama lagi, normalisasi sungai kawasan itu akan segera dilakukan.
Sebelumnya, puluhan warga sudah membongkar rumah mereka sendiri sejak beberapa pekan lalu.
Mereka yang membongkar sendiri itu yang mendapat jatah kunci rusun sebagai tempat relokasi.
Dulunya, kawasan itu padat penduduk. Setidaknya, kata warga setempat bernama Solihin (37), sekitar 500 warga mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) di RT itu, pada pemilihan presiden beberapa tahun lalu.
Usai penertiban itu, ratusan warga terbengkalai. Tidak lebih 30 kepala keluarga saja yang mendapat jatah relokasi ke rumah susun Rawa Bebek.
Sisanya, sudah mencari kontrakan di kawasan lain.
Sebagian malah masih bertahan di lokasi penggusuran karena belum punya uang untuk mengontrak rumah.
Puluhan orang itu hanya berkumpul di dekat tumpukan barang mereka.
Dari jarak sekitar 20 meter, mereka menyaksikan alat berat menggerus bangunan tempat tinggal mereka, tempat mereka mengukir kenangan selama puluhan tahun.
"Rumah kami dihancurkan mungkin kami bisa ikhlaskan. Tapi minimal ada sisi kemanusiaan. Kasihan warga yang tak punya uang dan tak dapat jatah rusun. Mereka sekarang bingung mau tinggal di mana. Mereka juga orang asli sini," kata Solihin kepada Warta Kota di sela penertiban.
Solihin sebenarnya mendapat jatah rusun. Namun, ia bersama dua warga lain menolak.
Kini ia masih bertahan bersama puluhan warga lain yang tak mendapat jatah relokasi ke rusun.