TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nikita (27), seorang pemilik Sanggar Singo Langgeng, seni Reog Ponorogo, terlihat gelisah di pinggir halaman depan Monumen Nasional (Monas), Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Sabtu (19/11/2016).
Sambil menggendong anak balita, Nikita mondar-mandir di pedestrian.
Matanya beberapa kali tertuju kepada mobil ambulans yang melesat cepat.
Sesekali ia bergumam sendiri dan raut wajahnya terlihat cemas.
"Aduh, saya khawatir nih sama penari-penari saya yang ikut jalan (long march) ke Tugu Tani," kata Nikita.
Memang siang ini pada pukul 11.00 WIB cuaca cukup panas menyengat.
Beberapa peserta Parade Bhinneka Tunggal Ika memilih untuk berteduh ketimbang ikut long march.
Nikita khawatir kalau penari-penari cilik yang ikut long march lemas dan pingsan karena teriknya matahari.
"Itu ambulans bolak-balik saya jadi kepikiran nih sama tiga penari yang kecil-kecil, takutnya pingsan," kata Nikita.
Nikita menjelaskan bahwa dirinya bersama 50 orang penari Reog Ponorogo telah menjalani persiapan sejak pukul 04.00 WIB.
Belum lagi menempuh perjalanan dari Pondok Cabe menuju ke Monas.
Pukul 12.00 WIB, arak-arakan yang melakukan long march kembali ke Jalan Medan Merdeka Selatan.
Nikita lega melihat sejumlah penari dari sanggarnya masih kuat berdiri meski terlihat terengah-engah.
Meski demikian, para penari merasa puas bisa terlibat dalam acara Parade Bhinneka Tunggal Ika.