TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tak peduli dengan hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI).
Survei tersebut menyebut elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful Hidayat terus merosot.
Ketua Tim Pemenangan Ahok-Djarot, Prasetio Edi Marsudi menuturkan, hasil survei belum tentu sepenuhnya akurat.
Prasetio mencontohkan, bagaimana pada Pilkada 2012, saat banyak lembaga survei yang menunjukan elektabilitas dan popularitas Joko Widodo dan Ahok kalah dengan petahana Fauzi Bowo alias Foke.
Tapi, pada kenyataannya, pasangan Jokowi-Ahok yang meraup suara lebih banyak dari Foke.
"Saya sampaikan sekali lagi, 2012 kita punya pasangan Jokowi dan Ahok, survei kalah semua sama kita," ucap Prasetio di kantor DPD PDIP Jakarta, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (20/11/2016).
Menurut hasil survei LSI, pasca penolakan besar-besaran pada demo 4 November lalu elektabilitas Ahok melorot 6,8 persen.
"Elektabilitas pasangan ini (Ahok-Djarot) cenderung terus menurun. Dalam sebulan elektabilitas Ahok turun 6,8 persen. Maret 2016 elektabilitas Ahok-Djarot 59,3 persen, Juli 49,1 persen, Oktober 31,4 persen dan November 24,6 persen," kata peneliti LSI Adjie Alfaraby di Kantor LSI, Jl Pemuda, Jakarta Timur, kemarin.
Survei dilakukan LSI dengan pengumpulan data mulai 31 Oktober hingga 5 November 2016 dengan jumlah responden 440 responden di wilayah DKI.
Survei menggunakan metode multistage random sampling serta margin of error kurang lebih 4,8 persen. Survei dilakukan dengan biaya sendiri.