TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sylviana Murni mengatakan, alasannya maju pada Pilkada DKI Jakarta adalah untuk melayani.
“Alhamdulillah saya nyalon bukan cuma ingin marah-marah, memimpin maksudnya. Tapi mau melayani ibu-ibu semuanya,” kata Mpok Sylvi saat memberikan sambutan pembuka pengajian akbar di Yayasan Ar Rahma, Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (20/11).
Menurut Mpok Sylvi, keinginannya untuk melayani lebih bagi warga Jakarta dilatarbelakangi pengalamannya selama menjabat sebagai birokrat di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Sylvi mengatakan, sudah pernah menjabat 11 jabatan yang berbeda dan mengabdi pada masa kepemimpinan tujuh gubernur di Jakarta.
“Apakah selama saya menjabat itu sudah cukup? Saya rasa sih belum. Makanya saya sama Mas Agus komitmen untuk memberikan yang terbaik buat Jakarta. Kami juga sudah mikirin soal bantuan langsung tunai buat warga usaha, amin ibu-ibu,” kata Sylvi.
Pantauan di sana, Sylvi berbicara di hadapan jamaah pengajian mengenakan pakaian bernuansa putih.
Di tempat Sylvi berbicara ada spanduk berukuran besar dengan gambar wajah Agus dan Sylvi serta tulisan Jaringan Santri Indonesia (JSI), Relawan (JSI), serta Tim Sukses Relawan JSI.
Di lokasi juga ada beberapa petugas panwaslu (panitia pengawas pemilu) yang mengikuti kegiatan Sylvi di Yayasan Ar Rahma.
Kesulitan modal
Sementara itu, puluhan ibu yang tergabung dalam Komunitas Bank Sampah Lagoa Mandiri yang bertahun-tahun mengelola bank sampah serta kerajinan tangan berbahan sampah daur ulang merasa diabaikan.
Mereka berharap agar pemimpin DKI Jakarta mendatang dapat lebih mendukung kegiatan masyarakat kedepannya.
Keluhan tersebut disampaikan Jeje Jamilah (41), pengurus Komunitas Bank Sampah Lagoa Mandiri kepada calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno ketika berkunjung ke sekretariat Bank Sampah Lagoa Mandiri di Jalan Lagoa Terusan Gang IV RT 18 RW 03, Lagoa Koja, Jakarta Utara, Sabtu (19/11).
Perempuan yang merupakan pendiri dari Bank Sampah Lagoa Mandiri itu mengatakan, bank sampah kini mengalami kesulitan, khususnya terkait bantuan dana operasional yang digunakan untuk membeli sampah dari warga.
Akibat keterbatasan modal, pihaknya membeli barang bekas dengan harga lebih rendah dibandingkan harga jual yang ditawarkan pengepul.