Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa kasus penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengapresiasi dukungan dari Bambang, seorang warga Pemalang, Jawa Tengah.
Bambang sempat menyinggung kasus penodaan agama yang menjerat Ahok. Tiba-tiba, pria ini langsung berdiri dari kursi, di panggung utama Rumah Lembang.
Dia menyitir Surat Al Maidah ayat 51, sama seperti saat Ahok mengucapkannya di Kepulauan Seribu 27 September 2016 lalu.
Ucapan yang sama, yang membuat Ahok duduk di kursi terdakwa kasus penodaan agama.
"Ya kita apresiasi saja. Kalau dia ngomong gitu bener. Sekarang mesti ada gugatan ke dia dong supaya adil. Kenapa cuma saya yangdigugat? Mesti ada demo ke Pemalang dong. Karena ada yang ngomong, yang sama. Jadi susah," ucap Ahok di Rumah Lembeng, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/12/2016).
Sebelumnya, Bambang, yang lahir di Jakarta, mengidolakan Ahok. Dia datang ke Rumah Lembang.
Dia berpandangan, kebijakan yang dibuat calon gubernur DKI nomor urut dua tersebut, berhasil membangun ibu kota. Bambang sebut Ahok sebagai sosok yang bersih.
"Kita doakan Pak Ahok sehat, biar jadi gubernur lagi, biar beliau dapat memberikan contoh kepada yang lain bagaimana menjadi pemimpin," ucap Bambang di posko pemenangan Ahok-Djarot, Rumah Lembang, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (23/12/2016).
Dia sempat menyitir Surat Al Maidah ayat 51, "Jangan pernah mau dibohongin orang pakai Surat Al Maidah ayat 51," ucap Bambang.
"Jadi kalau memang Ahok harus salah dan dimasukin penjara, harusnya saya juga diperlakukan hal uang sama. Saya bakal temenin Ahok," seru Bambang.
Bambang mengaku telah mendapat restu dari keluarga untuk masuk bui bersama Ahok, termasuk anaknya, yang mengaku bangga dengan Bambang.
"Dia bilang, 'tidak apa-apa Pak, kakak malah bangga, karena Bapak masuk penjara bukan karena kriminal, tapi sudah ngebelain Ahok'," kata Bambang meniru ucapan anaknya.
Bambang sempat terisak, hingga meneteskan air mata di atas panggung. Dia sedih melihat ada perpecahan di Indonesia karena perbedaan suku, ras, agama, dan antar golongan.
"Jangan lagi negara ini hancur karena perbedaan," tutup Bambang.