TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus pembunuhan masih banyak terjadi di wilayah DKI Jakarta sepanjang tahun 2016.
Ini menunjukan ibu kota masih rawan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
Berdasarkan data yang diterima sampai bulan Oktober, Polda Metro Jaya mencatat setidaknya terdapat 57 laporan yang diterima aparat kepolisian terkait kasus pembunuhan, di mana 51 diantaranya berhasil diungkap.
Apabila dikalkulasikan maka rata-rata terjadi 5 kali pembunuhan setiap bulan di kota Metropolitan tersebut.
Setidaknya ada lima kasus pembunuhan yang menjadi perhatian masyarakat.
Pertama, pembunuhan Wayan Mirna Salihin menggunakan zat sianida, mutilasi wanita hamil di Cikupa, pembunuhan Enno, mutilasi anak oleh istri polisi, dan kasus pembunuhan Sofian Lubis yang jasad dimutilasi dan dimasukan ke sebuah coran bangunan rumah.
Baca: Komnas PA: Kasus Pembunuhan Enno Masuk Kejahatan Luar Biasa
Pada awal tahun ini, masyarakat dikejutkan pembunuhan Wayan Mirna Salihin (27). Wanita cantik istri Arif Soemarko itu dibunuh secara tak lazim. Jessica Kumala Wongso, yang notabene teman Mirna, menaruh zat sianida ke minuman es Kopi Vietnam di Cafe Olivier, Grand Indonesia, pada (6/1/2016).
Pengungkapan kasus ini dan jalannya persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, membuat kisah tewasnya Mirna, seperti sebuah sinetron. Masyarakat disajikan drama-drama antara keluarga Mirna yang menuding Jessica sebagai pelaku.
Namun, Jessica sendiri sampai adanya putusan di pengadilan tak pernah mengakui perbuatan. Bahkan, teman satu kampus Mirna di Billy Blue Collage itu sampai meneteskan air mata di ‘meja hijau’. Meskipun belakangan hakim memandang air mata Jessica itu palsu.
Baca: Dua Anak Nur Atikah Menangis Histeris saat Jenazah Korban Mutilasi Tiba
Akhirnya, majelis hakim yang diketuai Kisworo itu memutuskan hukuman atau vonis pidana penjara selama 20 tahun kepada Jessica. Tetapi, Jessica dan tim penasehat hukum telah mengajukan banding atas hukuman tersebut.
Kemudian, tragedi pembunuhan sadis kembali terjadi pada April 2016. Kusmayadi bin Dulgani alias Agus (31) memutilasi pacarnya yang sedang hamil, Nur Atikah (33), Atikah yang merupakan janda dua anak dibunuh di kamar kontrakannya di Kampung Telaga Sari, Desa Telaga Sari, RT/RW 012/01, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Jenazah Atikah baru ditemukan dalam kondisi membusuk, pada Rabu (13/4/2016). Alasan, Agus membunuh karena didesak korban untuk segera menikahinya. Lalu, dia mencekik korban hingga tewas. Tak hanya itu, dia juga memutilasi korban. Tangan kanan dan kiri di potong. Sementara kaki kiri dan kanan juga dipotong menggunakan golok dan gergaji.
Tak hanya dua kasus pembunuhan itu yang menjadi perhatian publik.
Di pertengahan tahun ini, kisah tragis menimpa karyawati PT Polyta Global Mandiri, Enno Farihah (19).
Enno diperkosa secara bergantian dan dibunuh secara sadis dengan menancapkan gagang cangkul ke kelamin korban. Dia ditemukan tewas di dalam asrama tempat tinggalnya di Pergudangan 8, Blok DV, RT/RW 001/06, Kosambi Dadap, Kabupaten Tangerang, Jumat (13/5/2016).
Para pelaku, yaitu RAr, RAI, dan IH. RAr (15) merupakan siswa SMP. Para pelaku diancam hukuman pidana penjara seumur hidup.
Dari hasil autopsi, Enno menderita luka di sekujur tubuh. Dia mengalami luka di pipi kanan, luka lecet di pipi kanan, memar di bibir atas dan bawah, dan luka lecet pada leher.
Dia juga mengalami luka pendarahan di kelamin, luka lecet di dada kiri kanan, serta kedua puting payudara memar akibat gigitan pelaku. Tak hanya itu, ada gagang cangkul sepanjang 65 centimeter ditusukkan ke kemaluan Enno yang masuk sampai ke paru-paru dan hati.
Pembunuhan tak hanya terjadi di warga sipil. Keluarga aparat kepolisian pun terlibat perbuatan menghilangkan nyawa orang lain tersebut. Mutmainah, seorang istri anggota Provost Polda Metro Jaya memutilasi anak kandungnya, Arjuna, yang berusia 1 tahun.
Beruntung anak pertamanya yang berusia tiga tahun tak mengalami nasib serupa. Anak sulung Mutmainah hanya menderita pendarahan di telinga.
Jasad anak itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kamar kontrakan di Jalan Jaya 24, Nomor 24 RT/RW 004/10, Cengkareng Barat, Cengkareng, Jakarta Barat, Minggu (2/10/2016) sekitar pukul 21.00 WIB.
Belakangan diketahui, Mutmainah mengalami depresi sehingga tega melakukan perbuatan keji tersebut. Mutmainah langsung diperiksa kejiwaannya setelah melakukan pembunuhan sadis yang menewaskan bayinya.
Ibu mutilasi anak itu berdalih bahwa di memotong boneka kayu yang ada di depannya. Bahkan Mutmainah merasa heran kenapa bayinya bisa meninggal, dan dia meras atidak membunuhnya.
Terakhir, kasus pembunuhan sadis terjadi di kawasan Pondok Gede, Bekasi, pada akhir Oktober 2016. Korbannya adalah Sopyan Lubis (43). Korban dibunuh dan dimutilasi menjadi 13 bagian oleh RLS, penghuni tempat kos.
Kemudian, jenazah dimakamkan di rumah kontrakan menggunakan semen keras.
Dari pengakuan pelaku, terungkap motif pembunuhan karena sakit hati telah ditagih uang oleh korban. Korban menagih ongkos pulang ke rumah kepada pelaku, tetapi tak dikasih oleh pelaku. Korban malah mengejek pelaku sert keluarga. Ini menyulut emosi pelaku yang langsung menghabisi korban.