TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdakwa kasus dugaan penodaan agama, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, membantah lebih dari 10 kesaksian yang disampaikan Irena Handono dalam sidang kasus dugaan penodaan agama yang digelar Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Auditorium Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Selasa (10/1/2017).
Irena merupakan satu di antara saksi pelapor Ahok dalam kasus dugaan penodaan agama.
Terkait kesaksian Irena, Ahok membantah soal tuduhan penodaan agama di Balai Kota, acara Partai Nasdem, hingga di Kepulauan Seribu.
Ahok juga menyinggung Irena yang tak membaca tuntas buku Merubah Indonesia. Irena disebut hanya membaca dan mengutip halaman 40 buku yang ditulis Ahok tersebut.
"Padahal, saya tak pernah katakan jangan percaya ulama, tetapi oknum politik," kata Ahok dalam persidangan itu.
Selanjutnya, Ahok mengatakan bahwa dia tak menafsirkan surat Al Maidah ayat 51 sendiri, tetapi bersama kerabat lain, seperti mantan Presiden Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Kemudian, Ahok merasa keberatan lantaran disebut cermin kebencian terhadap umat Islam. Menurut Ahok, sebagai pribadi yang memiliki keluarga angkat Muslim, dia tak mungkin menodai agama Islam.
"Itu fitnah," kata Ahok.
Ahok juga tak terima Irena memotong kalimat dia soal keimanan. Saat itu, Ahok mengaku tengah memberikan pengarahan kepada PNS soal kaitan keimanan dengan sikap sehari-hari.
"Kalau beriman, jangan korupsi," kata Ahok.
Kemudian, Ahok mempertanyakan Irena yang tak menjawab adanya partai Islam pendukung calon kepala daerah dari non-Muslim.
Selain itu, Ahok mengomentari tudingan Irena soal kampanye terselebung yang dia lakukan saat kunjungan kerja ke Kepulauan Seribu.
Ahok merasa tak terima lantaran Irena mengatakan bahwa dia mengajak warga untuk memilihnya.
Irena mengaku mengatakan itu setelah melihat video pidato Ahok. Oleh karena itu, Ahok menyebut Irena saksi palsu dan telah memfitnahnya.
Ahok lalu membantah ucapan Irena yang menilainya mengganggu NKRI. Ahok justru balik menuduh Irena yang berpotensi mengganggu NKRI lantaran menganjurkan masyarakat memilih pemimpin berdasarkan agama.
Bantahan lain terkait pernyataan Irena yang menyebut masyarakat yang hadir saat Ahok di Kepulauan Seribu adalah bawahannya. Menurut Ahok, masyarakat yang hadir saat itu berasal dari berbagai elemen.
Selanjutnya, Ahok juga menyampaikan keberatan terhadap postingan Irena di Facebook yang mengutip salah satu buku dan dia anggap menyinggung agama tertentu.
Ahok juga membantah pernyataan Irena yang menudingnya mengganti seragam busana muslim setiap hari Jumat di sekolah di Jakarta.
Merespons itu, Ahok mengatakan bahwa dia memiliki kepedulian lebih terhadap siswa Muslim dengan mengalokasikan anggaran seragam untuk siswa Muslim.
Ahok juga tampak sangat keberatan karena Irena menyebutnya mengizinkan Monas untuk kegiatan Paskah, sedangkan kegiatan untuk acara agama Islam tidak diperbolehkan.
"Saya tidak pernah mengizinkan Paskah di Monas, tidak tahu kalau di zaman gubernur lain," ucap Ahok.
Kahfi Dirga Cahya/Kompas.com