Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cita-cita Amirullah Adityas Putra (19) menjadi seorang pelaut kandas untuk selamanya.
Nenek Amirulloh, Supiah (64) mengenang ketika cucunya memilih menjadi seorang pelaut.
"Dia (Amir) mau ikuti (jejak) kakek dan om-nya yang kerja di laut, makanya dia daftar ke STIP setelah lulus sekolah," kata Supiah di rumah duka Jalan Warakas 3 Gang 16, Jakarta Utara, Rabu (11/1/2017).
Ia mengatakan Amirulloh selama ini tidak pernah bercerita apapun soal kegiatan di sekolahnya.
Halo tersebut dikarenakan kembaran dari Amarulloh tersebut memang dikenal sebagai anak pendiam.
"Jarang cerita di sekolahnya gimana," ujarnya.
Untuk diketahui, Amir yang memiliki kembaran yakni Amarullah memang tinggal bersama dengan kakek dan neneknya sejak kecil.
Kedekatan dengan cucu tercinta, membuat Supiah merasa kehilangan.
Supiah tak menyangka cucunya meninggal dunia akibat mengalami kekerasan di sekolahnya.
"Dia di sini dari kelas 1 SD. Bareng kakaknya. Sejak di STIP memang tinggal di mess tapi pulang ke rumah hari Jumat atau Sabtu, Minggu baru balik lagi ke mess," kata Supiah sambil menahan air matanya.
Amirullah Adityas Putra (19) siswa tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda tewas setelah dianiaya seniornya, Selasa (10/1/2017) malam.
Dalam kasus tersebut kepolisian sudah menetapkan tersangka yang tiada lain senior Amirulloh di STIP.