TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Memang dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Ade Armando menghormati proses hukum yang tengah berjalan setelah ditingkatkan menjadi tersangka Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Namun ia tetap heran mengapa kata-katanya bahwa 'Tuhan Bukan orang Arab' dalam status Facebook, dianggap layak dianggap sebagai penodaan agama.
Karena Ade Armando jelaskan, bahwa ia justru secara tegas menunjukkan Tuhan sama sekali tidak bisa disamakan dengan manusia, termasuk manusia Arab.
Karena Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih, maka Dia pasti tidak keberatan kalau ayat-ayat Al Quran dibaca dengan cara beragam sesuai kebudayaan kita masing-masing dan tidak hanya dengan Satu langgam saja.
"Saya tidak merasa bersalah dan harus minta maaf pada siapapun," ujar Ade Armando kepada Tribunnews.com, Rabu (25/1/2017).
Baca: Ade Armando Hormati Proses Hukum Akibat Status Facebooknya
Selain itu Ade Armando juga menduga bahwa kasus ini ditindaklanjuti saat ini, setelah dua tahun, karena adanya desakan pihak yang mengadukan dirinya dua tahun lalu.
"Saya duga pihak ini sengaja mendesak polisi karena sikap Politik saya yang kritis terhadap gerakan-gerakan yang berusaha memecahbelah bangsa dengan menggunakan alasan agama dan ras," kata Ade Armando.
Orang yang mengadukan dirinya ini, imbuh Ade Armando bekerja di sebuah perusahaan yang bisa dipelajari siapa pemiliknya dan apa hubungannya dengan gerakan-gerakan Politik saat ini.
"Pihak pengadu ini mungkin berharap saya akan bisa dibungkam dengan cara ini. Tapi dia akan kecewa. Kesatuan bangsa ini terlalu penting untuk dibiarkan dihancurkan dg cara seperti ini," ujar Ade Armando.