TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPC PDI Perjuangan Jakarta Pusat, Pandapotan Sinaga menceritakan, kronologi kericuhan di TPS 18 Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (15/2/2017).
Pandapotan mengaku tengah memantau saksi di TPS Petojo Utara tersebut. Sebab, dia merupakan penanggung jawab pasangan calon nomor urut dua Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saiful hidayat di wilayah Jakarta Pusat.
"Tiba-tiba saya ke situ (TPS 18), saya sampai di TPS itu, pakai baju kotak-kotak. Diusir sama panitia pengawas TPS," ujar Pandapotan saat dihubungi, Kamis (16/2/2017).
Pandapotan mengaku tidak masuk ke area pencoblosan, hanya di luar.
Tapi, pengawas TPS tetap mempermasalahkan baju bercorak kotak-kotak yang dikenakannya.
"Enggak ada larangan pakai baju kotak-kotak saya bilang. Saya kan mau lihat saksi, saya lihat tidak ada saksi saya pakai baju kotak-kotak. (Saya tanya) saksi saya mana? Karena kita wajibkan, seluruh saksi harus pakai baju kotak-kotak," ucap Pandapotan.
Pandapotan pun akhirnya bertanya ke saksi yang mengaku dari paslon nomor dua kenapa tidak pakai baju kotak-kotak. Saksi itu mengatakan tidak boleh menggunakan pakaian ciri khas pasangan Ahok - Djarot.
"Terus siapa yang melarang pakai baju kotak-kotak, saya bilang (ke saksi). Terus Panwasnya, 'ok saya bikin berita acaranya ya bapak ada di sini'. Silahkan pak kata saya," ujarnya.
Setelah mendengar adanya perseteruan, banyak warga setempat yang menggunakan pakaian berwarna hitam diduga pendukung Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni menganggap kedatangannya untuk mengacaukan proses pemilihan.
"Saya dibilang mau mengacaukan, saya bilang saya ini, Ketua DPC PDIP Pusat, saya penanggungjawab petugas saya di wilayah ini, saya bilang," ujar Pandapotan.
"Tiba-tiba ada yang minta KTP, di kolom pekerjannya, saya anggota dewan. Nah di situ riuh, tiba-tiba datang segerombolan orang sama ketua RW, yang memakai baju warna hitam, kayaknya pendukung paslon satu," sambungnya.
Saat kejadian sudah ada personel kepolisian. Sebelum dibawa ke Polsek Gambir, Pandapotan menjelaskan kedatangannya ke TPS 18 bukan ingin membuat kegaduhan.
"Dibilang saya mau bikin kegaduhan, dibilang kita mau digugurkan, ditonjoklah aku di kepala. Ditarik leher saya, tapi aku kan' enggak mau ribut, akhirnya saya diamankan di polsek. Karena saya mau mencoblos, saya ke TPS untuk mencoblos," ucap Pandapotan.
Saat diinterogasi, ada warga yang merekam video kejadian dengan menggunakan telepon genggam dan disiarkan secara live melalui akun Facebook. Kemudian, adik kandung Padapotan, Maruhut Sinaga datang lantaran tak terima kakanya dipukul.
"Tersebar video saya dikeroyok. Datanglah adik saya ke situ, 'siapa yang mukul abang saya'. Berkelahi mereka, adik saya nggak tahu gimana, dia dikeroyok," ucap Pandapotan.
Pandapotan mengaku telah melaporkan dugaan penganiayaan kepada Polda Metro Jaya. Laporan tersebut telah diterima dan saat ini telah ditangani Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.