TRIBUNNERS - Direktur Eksekutif Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) Jajat Nurjaman mengatakan, dalam pilkada putaran kedua pilkada DKI Jakarta 2017, koalisi gemuk partai pendukung bukan lagi menjadi jaminan untuk dapat dengan mudah memenangkan pilkada DKI Jakarta.
Pasalnya, merujuk kepada hasil refresentasi dalam putaran pertama yang lalu kurang lebih 57% warga Jakarta jelas menginginkan gubernur baru.
“Pilkada DKI Jakarta 2012 merupakan bukti jika koalisi gemuk bukan lagi jaminan untuk dapat memenangkan pilkda DKI Jakarta meskipun berstatus sebagai petahana. Sebaliknya meskipun diuntungkan secara perhitungan hasil putaran pertama, calon penantang petahana mempunyai tugas lebih berat karena harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa visi misi yang ditawarkan akan memberikan jaminan lebih baik”, tegas Jajat.
Jajat menambahkan, salah satu tantangan lain dalam putaran kedua ini adalah meminimalisir terjadinya golput, dalam putaran pertama yang lalu jumlah golput mencapai 23% atau setara dengan 1.668.902 pemilih.
Untuk itu masa kampanye kedua ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memberikan penjelasan berbagai program yang ditawarkan kepada masyarakat khususnya pemilih yang dalam putaran pertama golput, karena tidak menutup kemungkinan potensi golput diputaran kedua ini akan bertambah.
“Kemenangan dalam demokrasi adalah meyakinkan masyarakat untuk mau berpartisipasi dalam proses pemilihan. Pasalnya, pemahaman akan pentingnya demokrasi lebih penting dari sekedar menentukan menang atau kalah. Jika dalam putaran kedua nanti jumlah golput menurun, saya kira itulah kemenangan yang sebenarnya, karena pilkada DKI Jakarta merupakan barometer politik nasional, untuk itu meminimalisir terjadinya golput merupakan pekerjaan rumah yang harus di selesaikan semua pihak” tutup Jajat.
Nurjaman center for Indonesian Democracy"Untuk demokrasi yang bersih dan akurat."