TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemindahan pedagang kaki lima (PKL) binaan Dinas KUMKMP Pemprov DKI Jakarta (PKL resmi) dari Jalan Cengkeh ke Jalan Kunir di kawasan Kota Tua, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, berimbas keributan.
Pedagang liar mengancam PKL resmi menggunakan golok dan samurai, hanya beberapa jam usai pemindahan pada Sabtu (11/3/2017) malam.
Pemindahan PKL resmi dilakukan Sabtu sore dikawal Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat.
Baca: Jokowi: PKL Kota Tua Kreatif
Tapi begitu Satpol PP dan petugas Sudin KUMKMP Jakarta Barat meninggalkan lokasi sekitar pukul 22.00, keributan mulai terjadi.
Sejumlah PKL resmi didatangi pedagang liar bersama preman dan diancam memakai golok serta samurai.
Ada pula yang dimaki dan dibentak pedagang liar agar segera mencopot lapaknya dan pergi dari Jalan Kunir.
Warni Mariah (43), salah satu PKL resmi, mengatakan, sekitar pukul 23.00, lapaknya didatangi preman bernama Moris.
Moris memaki-maki dirinya dan meminta agar lekas pergi dari Jalan Kunir. Warni yang ketakutan buru-buru mencopot lapaknya dan pergi.
"Saya takut lah, yang mendatangi saya itu preman disini," kata Warni ketika ditemui Wartakotalive.com di kawasa Kota Tua,Jakarta Barat, Minggu (12/3/2017) sore.
Sedanga Sri Yuliani (48), PKL resmi penjual minuman, mengaku diintimidasi pedagang liar dan preman hanya beberapa saat setelah petugas Satpol PP pergi.
Lapak milik Sri dipindah paksa oleh pedagang liar dan preman. Sri yang tadinya berada di posisi depan, terselip di antara pedagang liar, seketika berpindah ke lokasi paling pojok dan di belakang.
Dia pun masih dimaki berulang kali oleh preman yang menenteng golok di dekatnya. Tak nyaman berdagang, Sri memilih kabur sambil menangis.
Rumina (44), pedagang lainnya, lebih ketakutan lagi. Dia disuruh pindah oleh beberpa preman lainnya yang datang ke lapaknya sambil menenteng samurai dan golok.
Preman-preman itu menunjuk Rumina memakai golok sambil memintanya melepas lapaknya aksesoris miliknya.
Rumina buru-buru membereskan lapaknya, lalu pergi. Dia tak jadi berdagang dan mengaku kapok kembali ke Jalan Kunir.
"Disitu banyak preman yang membekingi pedagang liar," kata Rumina ketika ditemui Wartakotalive.com di tempat yang sama.
Bahkan, kata Rumina, ada sejumlah aparat dan mantan anggota TNI yang ikut membekingi pedagang liar di Kota Tua.
Preman, aparat, dan mantan anggota TNI mengutip bayaran harian, mingguan maupun bulanan dari pedagang liar.
Akibat intimidasi, sebanyak 78 PKL resmi memilih kembali ke Jalan Cengkeh. Sore tadi, Minggu (12/3/2017), PKL resmi kebingungan soal nasib mereka.
PKL di Jalan Cengkeh diminta pindah lantaran permintaan pelaksana pembangunan pusat PKL disana.
Pelaksana dari PT Ciriajasa Cipta Mandiri meminta hal tersebut lantaran menganggap keberadaan PKL di Jalan Cengkeh yang tengah dibangun sebagai gangguan.
Bahkan PT Ciriajasa Cipta Mandiri beralasan keberadaan PKL di Jalan Cengkeh yang membuat keterlambatan pengerjaan pembangunan pusat PKL disana.
Tadinya pembangunan semestinya rampung pada April 2017 ini. Tapi sampai awal Maret pengerjaan baru sebataa pondasi. Makanya pelaksana meminta perpanjangan waktu sampai akhir Mei atau awal Juni mendatang.
Pusing Semua
Akibat lambatnya pekerjaan PT Ciriajasa Cipta Mandiri, kini semuanya pusing.
Koordinator PKL Jalan Cengkeh (PKL resmi), Budi Prawira, mengatakan, pihaknya tak mau disatukan dengan PKL liar. Sebab sudah jelas PKL liar mengintimidasi.
Budi mengatakan, jalan satu-satunya harus dengan memisahkan lokasi berdagang PKL liar dan pedagang resmi.
"Ya sudah biarkan PKL liar di jalan kunir, dan kami pedagang resmi diberikan tempat berdagang di lorong virgin di dalam kawasan Fatahillah. Toh ini kan sementara, hanya sampai pusat PKL Jalan Cengkeh rampung dibangun. Lagipula kami ini (pedagang resmi) sudah kooperatif kok selama ini," kata Budi kepada Wartakotalive.com, tadi sore.
Padahal sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta sudah menegaskan bahwa lorong virgin dan lorong pecinan di dalam kawasan Fatahillah tak boleh ada pedagang.
Namun Budi berujar bahwa sudah semestinya PKL binaan diberi kesempatan berdagang di lorong virgin untuk sementara. "Yah lihat saja, sekarang kita mau dipindahkan ke jalan kunir saja sudah diintimidasi pakai golok oleh preman. Gimana mau aman dagang," ujar Budi.
Budi berjanji, pihaknya tak akan melunjak apabila sudah diberi tempat berdagang sementara di lorong virgin. "Nanti begitu saatnya pindah ke jalan cengkeh,kami akan pindah," kata Budi.
Bahkan dia menjanjikan pula seluruh PKL binaan mesti melunasi tunggakan retribusi selama 7 bulan ini.
Selama 7 bulan belakangan, sebanyak 78 PKL resmi memang menunggak retribusi dengan total hutang Rp 500 juta. "Nanti harus dilunasi dulu semua itu sebelum masuk ke pusat PKL Jalan Cengkeh setelah selesai dibangun," ucap Budi.
Kasatpol PP Jakarta Barat, Tamo Sijabat, mengakui ada potensi bentrokan ketika dipaksakan PKL resmi dimasukkan ke jalan kunir.
Sebab saat ini Jalan Kunir memang sudah jadi tempat mangkal pedagang liar. Setiap ditertibkan Satpol PP, pedagang liar hanya pergi, lalu kembali setelah Satpol PP pergi.
"Kalau mau kita tertibkan itu PKL liar, harus dengan kekuatan besar," kata Tamo ketika dihubungi Wartakotalive.com, Minggu (12/3/2017) sore.
Dia mengakui tak akan sanggup menertibkan besar-besaran apabila tak dibantu Polisi dan TNI.
Kepala Dinas KUMKMP Pemprov DKI Jakarta, Irwandi, juga mengakui kerumitan pemindahan PKL tersebut.
Menurut Irwandi, lorong virgin tak mungkin lagi diberikan sementara ke PKL binaannya karena Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama sudah tegas tak membolehkan hal itu.
Irwandi mengatakan, salah satu jalan terbaik adalah menyikat PKL liar dan preman disana. Tapi Irwandi mengakui memiliko keterbatasan terkait dana untuk melakukan hal itu.
Makanya dia akan mencari lokasi lain untuk memindahkan PKL Jalan Cengkeh sementara. Dan mengadakan rapat koordinasi dengan berbagai instansi pada Senin (13/3/2017).
"Besok saya akan coba cari lokasi lain, serta melakukam rapat koordinasi dengan pihak Walikota, Kapolres, Dandim," ujar Irwandi ketika dihubungi Wartakotalive.com, sore ini.
Penulis: Theo Yonathan Simon Laturiuw