TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi oleh para petani yang mengecor kakinya untuk menolak pabrik semen untuk sementara dihentikan, pascameninggalnya Patmi (48), salah satu peserta aksi, dini hari tadi, Selasa (21/3/2017).
Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhamad Isnur, yang ikut mengawal aksi tersebut,saat dihubungi, mengatakan aksi dihentikan sementara, antara lain untuk menghormati wafatnya Patmi.
"Tapi aksi kita teruskan, karena izin belum dicabut," ujarnya.
Aksi mengecor kaki tersebut digelar sejak hari Senin pekan lalu (13/3).
Hingga pada hari Jumat kemarin, dengan total peserta sampai 50 orang.
Pada Jumat lalu perwakilan peserta aksi diterima oleh Kepala Staf Presiden (KSP), Teten Masduki, dan disepakati proyek pendirian pabrik semen di Gunung Kendeng, Jawa Tengah, untuk sementara dihentikan.
"Kemarin empat puluh satu peserta yang kakinya di cor akhirnya dibongkar, karena kami akan mengubah strategi baru," ujarnya.
Patmi adalah salah satu petani yang belenggu di kakinya dibongkar.
Rencananya hari ini ia akan kembali ke kampung halamannya di Pati, Jawa Tengah. Sebelum itu terjadi, ia keburu meninggal di kantor YLBHI.
"Aksi rencanannya kita lanjutkan oleh sembilan orang petani. Kita masih menuntut pencabutan izin. Kapan kita teruskan, itu belum ditentukan," ujarnya.