TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat sekaligus petahana berdasarkan hasil quick count hasil pemungutan suara dinyatakan kalah.
Pemenangnya adalah pasangan nomor urut tiga, Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno.
Hasil quick count Lingkaran Survei Indonesia (LSI Denny JA) menunjukkan pasangan Basuki dan Djarot hanya meraih 44,14 persen suara, sedangkan pasangan Anies dan Sandiaga meraih 55,86 persen suara.
Kendati dinyatakan kalah, pemenang sah adalah yang akan diumumkan Komisi Pemilihan Umum DKI Jakarta berdasarkan hasil real count.
Kekalahan pasangan petahana telah diprediksi sejumlah lembaga survei dan konsultan politik, sebelumnya.
Saat pemungatan suara putaran pertama, pasangan Ahok, sapaan Basuki dan Djarot malah menang.
Lalu, apa sebenarnya penyebab petahana kalah pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022?
Peneliti dari lembaga survei sekaligus konsultan politik LSI Denny JA, Adjie Alfaraby dan Ardian Sopa pernah membeberkan sebelumnya.
Berikut lima penyebab kekalahan pasangan petahana (incumbent) ini berdasarkan hasil riset LSI Denny JA hasil rangkuman Tribun-Timur.com:
1. Kesamaan Profil Pemilih
Pendukung, termasuk partai politik pengusung pasangan nomor urut satu, Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni yang kalah pada putaran pertama lebih banyak mengalihkan dukungan kepada pasangan Anies dan Sandiaga.
Hal ini didasari kesamaan profil pemilih.
2. Kebijakan Tak Pro Rakyat
Akibat kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang dinilai tak pro kepada rakyat.