TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO lembaga survei Polmark Indonesia, Eep Saefulloh Patah mengatakan politik sembako yang diterapkan kubu Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Syaiful Hidayat menjadi pemicu utama kekalahan paslon nomor urut dua di putaran kedua Pilkada Jakarta.
Ia menegaskan bahwa peristiwa hujan sembako itu harus menjadi pelajaran politik bagi warga Indonesia.
"Warga Jakarta ini pintar dan peka, apalagi pembagi sembako itu secara terang-terangan menggunakan atribut kampanye dan dibantu kader partai yang juga mengenakan atribut. Hal tersebut baru pertama kali terjadi," ujarnya saat ditemui di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/4/2017).
Hal tersebut berimplikasi terhadap beberapa hal, salah satunya adalah mendorong pemilih yang belum menetapkan pilihan akhirnya memantapkan paslon yang akan dipilihnya pada masa tenang.
Dan celakanya menurut Eep Saefulloh politik sembako diterapkan saat hari-hari tenang jelang pencoblosan.
"Orang kadang lupa bahwa pada survei Polmark Indonesia bulan April 2017 masih ada 20 persen pemilih yang belum menentukan pilihan. Dan faktanya sebanyak 28 warga yang menyalurkan hak pilih memantapkan pilihan pada masa tenang."
"Sehingga strategi pemenangan di masa tenang banyak mempengaruhi jalannya peta politik di Pilkada Jakarta kemarin," katanya.