Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan warga yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung, di kelurahan Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan, sudah mengosongkan rumahnya masing-masing.
Hal tersebut dilakukan seiring keluarnya Surat Peringatan (SP) ke tiga dari kelurahan, Rabu (5/7/2017).
Di wilayah tersebut, terdapat 333 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di permukiman yang terletak di bantaran Sungai Ciliwung, yang dianggap menyalahi aturan pemerintah.
Mereka adalah warga RT1, RT2, RT3 dan RT4 di RW 12 kelurahan Bukit Duri.
Muhammad Thoha (32), seorang warga yang ikut digusur rumahnya, menyebut warga sudah berinisiatif mengungsi sejak beberapa hari terakhir.
Satu alasan warga mengambil inisiatif tersebut adalah agar barang-barangnya bisa diselamatkan.
"Kita selain barang-barang berharga seperti perabotan dan elektronik, bangunannya juga masih bisa diselamatkan. Rata-rata bangunan ditawar mulai dari Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu," ujarnya saat ditemui di lokasi penggusuran.
Namun, tidak semua warga mau menerima tawaran tersebut.
Maria Ulfah (35) yang juga ikut mengungsi mengaku rumahnya hanya ditawar sekitar Rp 300 ribu oleh seorang juragan bahan bangunan bekas.
Ia akhirnya menolak tawaran tersebut.
"Akhirnya ya kita bongkar sendiri, ditampung saja dulu," ujarnya.
333 Kepala Keluarga yang terpaksa mengungsi dari bantaran sungai itu dipindah ke rusun Rawa Bebek dan Pulo Gebang, Jakarta Timur.
Maria Ulfah menyebut warga sudah sekitar tiga hari terakhir tinggal di rusun tersebut, setelah membayarkan sejumlah uang.