TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Beberapa jam setelah polisi berhasil menangkap dua pengeroyok dan penganiaya Hermansyah (46) ahli IT ITB, kini beredar luas, foto kedua pelaku yang duduk satu meja dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan.
Dalam foto itu tampak pula bersama mereka, Kapolres Jakarta Timur Kombes Andry Wibowo dan Kapolresta Depok Kombes Herry Heryawan, serta lainnya.
Di meja di mana kedua pelaku duduk, yakni Edwin Hitipeuw (37) dan Lauren Palyama (31), terlihat suguhan teh dan makanan kecil.
Foto ini sempat mengundang tanda tanya sebagian masyarakat tentang perlakuan berbeda yang didapat terdyga pelaku penganiaya Hermansyah, dan pelaku tindak kriminal lainnya.
Foto tersebut kemudian menjadi viral di media sosial.
Menanggapi hal tersebuti, pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan, polisi layak diacungi jempol karena sudah bekerja efektif dan efisien dengan membekuk pelaku, tiga hari setelah kejadian.
"Tapi kini malah geger lagi, gara-gara foto polisi duduk bareng para terduga," kata Reza kepada Warta Kota Rabu (12/7/2017) malam.
Reza mengaku tidak tahu apa yang diperbincangkan mereka yang terlihat di foto tersebut.
"Tapi sahlah bahwa efektivitas dan efisiensi saja tidak cukup. Polisi kudu jaga equality. Itu terukur dari seberapa jauh polisi bekerja tidak tebang pilih, tidak pilih kasih, serta selaras dengan sensitivitas yang sedang berkembang di masyarakat," papar Reza.
Menurut Reza, foto yang beredar itu membuka celah bagi tafsiran apa pun.
"Karena tafsiran tak terbatas, pihak yang bisa terkena tafsiran paling negatif adalah polisi. Ini bisa berimbas terhadap persepsi publik akan standar kerja kepolisian, baik terhadap pelaku kejahatan, korban, dan masyarakat luas," kata Reza.
Reza kemudian mengingatkan amarah publik Australia, saat tersebar foto Kapolri Dai Bachtiar berdiri sembari senyum-senyum, persis di samping Amrozi, tersangka pelaku bom Bali.
Reza berpendapat bahwa memang ada kemungkinan, foto pengeroyok Hermansyah bersama Kapolda dan Kapolres, adalah siasat psikologis yang sedang dimainkan polisi agar pelaku kooperatif.
"Tujuannya, misalnya adalah mengorek kemungkinan adanya otak aksi penganiayaan dimaksud. Secara keilmuan, teknik interogasi seperti itu juga ada," kata Reza.
Karenanya, menurut Reza, jika itu yang sedang dilakukan polisi pada foto dimaksud, maka sesungguhnya polisi sedang bekerja serius.
"Namun, sekali lagi, keseriusan itu bisa tak ditangkap khalayak, karena foto tanpa teks membuka interpretasi nirbatas. Juga tafsiran terbentuk sesuai kualitas relasi masyarakat-polisi yang telah terbangun selama ini. Betapa pun sinisnya sikap banyak kalangan, semoga polisi tidak mengalami demotivasi dan demoralisasi," papar Reza.
Reporter: Budi Sam Law Malau