TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Daerah DKI Jakarta Saefullahmengatakan, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan pembangunan Signature Tower di Kawasan Sudirman Central Business District (SCBD), Jakarta Selatan, dibahas dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo.
Signature Tower yang rencananya dibangun 111 lantai ini digadang-gadang sebagai gedung tertinggi se-Asia Tenggara.
"Nanti kan dibahas di ratas. Kami usul ini untuk dilaporkan dan dibahas di rapat terbatas presiden," ujar Saefullah di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Kamis (13/7/2017).
Saefullah menuturkan, Pemprov DKI Jakarta mengusulkan pembahasan Signature Tower di dalam ratas karena akan menjadi salah satu ikon nasional nantinya.
Pemprov DKI Jakarta dan pihak SCBD akan mengirim surat ke istana untuk mengusulkan pembahasan tersebut.
"Ini kan nanti mau jadi ikon nasional, nanti Kawasan SCBD akan bersurat ke presiden dan kami juga akan bersurat ke presiden. Ini kan karena tertinggi, jadi ikon nasional, jadi harus dapat persetujuan dari istana juga," kata dia.
Signature Tower sepenuhnya dibangun oleh pihak swasta. Saefullah menuturkan, Pemprov DKI Jakarta hanya akan mengatur tata kelola transportasi massal yang terintegrasi dengan Kawasan SCBD.
"Di dalamnya (Kawasan SCBD) itu ada shuttle bus yang mengangkut khusus di kawasan itu, mengantarkan ke stasiun-stasiun yang ada, baik stasiun MRT, LRT, maupun ke bus transjakarta," ucap Saefullah.
Saefullah belum mengetahui kapan pembangunan Signature Tower dimulai. Sebab, pemilik gedung masih mengurus izin-izin pembangunan gedung tersebut.
Signature Tower merupakan calon pencakar langit pertama di Indonesia yang masuk kategori megatall versi Council on Tall Buildings and Urban Habitat (CTBUH). Ketinggiannya mencapai 638 meter.
Gedung jangkung milik Grahamas Adisentosa (anak usaha Danayasa Arthatama) ini dirancang oleh Smallwood, Reynolds, Stewart, Stewart and Associates Inc. (SRSSA).
Mereka menggandeng mitra lokal Pandega Desain Weharima. Estimasi biaya untuk membangun Signature Tower mencapai 2 miliar dollar atau setara Rp 19,8 triliun.