TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rojali (43), marbot Musala Al-Hidayah, sempat berusaha melerai amukan massa terhadap MA (30) di Pasar Muara Bakti, Babelan, Bekasi.
Kapolres Metro Bekasi Kombes Asep Adisaputra menerangkan, saat MA diamuk warga, Rojali sempat berteriak kepada sebagian warga untuk melerai pengeroyokan.
"Tersangka melarikan diri, kemudian disitulah peristiwa pengeroyokan terjadi. Lalu Rojali berteriak. 'Ini bukan maling motor tapi maling ampli," kata Asep di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Rabu (9/8/2017).
Bahkan, MA sempat meminta maaf dan mencium kaki Rojali agar massa tidak melakukan penghakiman terhadap dirinya.
"Dia (Zoya) sempat cium kaki Rojali minta maaf, maafkan saya pak ustad begitu, kata MA," kata Asep.
Meski telah berusaha mendinginkan situasi. Rojali, kata Asep tak bisa menghentikan warga yang berkerumun dan telah tersulut emosi.
"Namun (emosi) massa tidak terbendung, Rojali sempat menghalau, tapi massa tidak berimbang sehingga terjadi pengeroyokan yaang menewaskan MA," kata Asep.
MA diduga melakukan pencurian amplifier di musala. MA dikeroyok dan dibakar oleh massa hingga meninggal dunia.
Baca: Pelaku Tewas, Polisi Akan Hentikan Dugaan Kasus Pencurian Amplifier Musala di Bekasi
Dalam kasus ini MA, polisi telah menangkap lima pelaku, yakni SU (40), NA (39), AL (18), KR (55) dan SD (27).
Para pelaku dijerat Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan dengan ancaman hukuman maksimal 12 tahun penjara.