TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adinda Saraswati Akbar, sosoknya sempat viral saat mengunggah surat terbuka untuk PM Malaysia Tun Abdul Razak, Agustus lalu.
Pada 12 September lalu, Adinda kembali mengunggah postingan keprihatinannya tentang warga Rohingya di Myanmar dan Bangladesh.
Tribunnews.com berkesempatan berkenalan dan mewawancarai gadis kelas 9 ini.
Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Akbar Faisal dan Andi Syamsartika Virawati.
Dinda sapaan akrabnya mengaku kedua orangtuanya tidak sama sekali mengatur setiap tulisan yang ingin ia tulis.
"Papah sih cuman ngasih tau aja. Kasih saya feed back gitu menjadi lebih baik. Papah mamah sukanya membaca tulisan Dinda, kalau ada yang kurang dikasih feed back gitu, terserah Dinda mau memperbaiki atau gak," ujar Dinda, Sabtu (16/9/2017).
Namun menurut Dinda setiap unggahan yang akan ia unggah ia meminta izin kepada kedua orangtuanya.
Baca: Adinda Saraswati Akbar Menulis Unggahan Untuk Cari Aung San Suu Kyi
"Saya main media sosial sejak tahun 2014 kelas 6 SD. Tapi saya selalu izin kepada mereka (orang tua)," kata Dinda.
Saat ditanya hal apa yang membuatnya menulis tentang Rohingya Myanmar, siswa sekolah internasional ACS Jakarta ini menuturkan tulisan itu adalah bentuk kesedihannya.
"Saya tulis karena sering melihat orang Rohingya dianiaya. Masa orang Rohingya dimusuhi oleh negaranya sendiri," ujar Dinda.
Selain itu, ia ingin mengetahui peran Aung San Suu Kyi sebagai peraih Nobel Perdamaian.
"Saya pengen tulis untuk pemenang Nobel Perdamaian, mengapa ia tidak bertindak, muslim Rohingya sudah nangis tertindas, kepanasan, kelaparan, dan rumah mereka dibakar," ujar Dinda melalui sambungan telepon.
Ia juga mengatakan tidak mengambil pusing setiap komentar negatif atas unggahan di laman media sosialnya.
"Saya sih santai aja, karena pasti ada saja yang bilang salin copy paste dari internet, pasti papahnya (Akbar Faisal) yang tulis sendiri bukan saya. Tulisan saya ga bagus kurang jelas ya gpp. Masih banyak yang suka tulisan saya daripada yang benci," katanya.
Perempuan yang bercita-cita ingin menjadi diplomat ini sejak kelas 5 SD hobi menulis dan membaca berbagai buku atau novel Fiksi.
"Suka menulis sejak kelas 5 SD. Aku suka baca buku yang mana aja yang penting fiksilah," ujar Dinda.
Dinda juga mengatakan ia tak memiliki penulis buku favorit, karena menurutnya semua buku atau novel memiliki cerita sendiri-sendiri.
"Aku ga punya penulis favorit, spesifik siapa gitu karena semua penulis itu bagus karena punya cerita sendiri," kata Dinda.
Baca: Polda Metro Jaya Bubarkan Seminar di LBH Jakarta
Ia mengaku tidak memiliki cita-cita ingin menjadi politisi seperti sang ayah, karena ia tidak mengerti politik.
"Papah sering ajak diskusi, kadang-kadang masuk akal, kadang-kadang gak ngerti," ucap Dinda.
Saat ini Dinda sedang menyelesaikan novel perdananya.
"Novel ini dalam bahasa Inggris. Ceritanya tentang anak perempuan yang kehilangan saudaranya saat perang dan ia masuk ke dalam dimensi peperangan itu serta menjadi orang yang dapat menyelesaikan perang itu sendiri," ujar Dinda.
Sebelumnya mengakhiri wawancara Dinda menitipkan pesan bagi anak muda Indonesia seusianya.
"Anak jaman sekarang sukanya liat medsos, liat make up atau kurang memperdulikan Indonesia, negaranya sendiri. Jadi aku ingin kita lebih peduli sama lingkungan sendiri, membantu orang lain, kita harus peduli dengan orang lain," kata Dinda.