TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aula SMPN 32 Jakarta, Pekojan, Tambora, Jakarta Selatan yang rubuh pada Kamis (21/12/2017) siang kini sudah dalam kondisi dipagari dengan garis polisi berwarna kuning.
Menurut pantauan Tribunnews.com pada Jumat (22/12/2017) pagi, gedung aula yang berarsitektur Tiongkok ini terbagi menjadi dua dan masing-masing memiliki atap yang dalam Bahasa Cina biasa disebut Wuding.
Pada bagian bangunan yang dijadikan aula SMPN 32 Jakarta tampak seluruh atap roboh sehingga bagian dinding dalam bangunan pun tampak.
Kondisinya sudah tak karuan dan diperparah dengan bertebarannya puing-puing bangunan termasuk batu bata ke bagian sekolah lainnya.
Aula SMPN 32 Jakarta ini tampak terpisah dengan bangunan sekolah lainnya.
Menurut penuturan Kepala SMPN 32 Jakarta, Munsif, aula sekolah biasa digunakan untuk acara-acara yang melibatkan banyak siswa.
Baca: Warga Protes, Penataan Tanah Abang Dilakukan Sepihak
Bahkan Munsif menceritakan bahwa dua jam sebelum kejadian tersebut, aula SMPN 32 Jakarta sempat digunakan untuk kegiatan peringatan Maulid Nabi yang dihadiri 200 siswa.
“Untungnya waktu kejadian tidak ada orang, hanya ada dua guru dan staf sekolah yang menjadi korban. Kalau diingat sekitar pukul 11.00 WIB kami baru saja menyelesaikan kegiatan maulid nabi. Ambruknya pukul 12.40,” kata Munsif.
Munsif mengaku bersyukur dengan tidak adanya korban meninggal dunia dari ambruknya bangunan aula yang merupakan sebuah cagar budaya.
Karena jika saja kejadian itu terjadi beberapa jam sebelumnya bisa jadi ratusan siswa akan menjadi korbannya.
“Ya kami bersyukur siswa-siswi diberi keselamatan dan kejadian ambruknya tidak terjadi saat aula masih dipenuhi siswa. Mungkin ini faedah dari pelaksanaan peringatan Maulid Nabi,” ujarnya.
Munsif yang baru bertugas sebagai Kepala SMPN 32 Jakarta selama tiga bulan itu mengaku masih menunggu koordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata Jakarta dalam membereskan aula tersebut.
“Ya masih koordinasi untuk membereskan dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pariwisata. Karena bangunan cagar budaya itu ada di bawah wewenang Dinas Pariwisata, sedangkan dengan Dinas Pendidikan kami masih berkoordinasi masalah kegiatan belajar mengajar terkait kejadian ini,” katanya.