TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Priscilla Margaretha (38) tiba di Jakarta persis di Hari Ibu, Jumat (22/12/2017), dengan harapan penuh.
Ia datang bersama suami dan putranya dari Kota Milan, Italia. Tujuannya hanya satu, mencari ibu kandungnya yang tak pernah ia tahu seperti apa rupanya. Priscillia berpisah dengan sang ibu sejak ia lahir.
Ia sempat diasuh di Yayasan Mulia Cabang Jakarta, sebelum akhirnya diadopsi warga Belanda bernama Jaap Vermeij dan Maud Vermeij Van Ossenbruggen.
Sejak itu, Priscilla keluar dari Indonesia dan menetap di Eropa.
Baca: Kata-kata Terakhir Sopir Go-Car Sebelum Dieksekusi Pembunuh Berdarah Dingin
Bertahun-tahun ia berpikir soal ibunya, dan baru di Hari Ibu tahun ini Priscilla kembali ke Indonesia lalu mencarinya.
Sasaran pertamanya di Jakarta adalah Dinas Sosial DKI Jakarta, untuk mendapat informasi tentang yayasan yang sempat menampungnya saat kecil.
"Saya masih mencari Yayasan Mulia Cabang Jakarta untuk mengetahui keberadaan ibu saya. Mungkin mereka punya informasi tentang ibu," ujar Priscillia saat dihubungi, Sabtu (23/12/2017).
Info yang ia tahu hanya sebatas kelahiran dirinya pada Jumat 12 Oktober 1979 pukul 23.45 di Jakarta.
Persalinannya dibantu bidan bernama Budi Wahyuni yang tinggal di Jalan Kebon Kacang Gang 31/1, Jakarta Pusat.
Priscillia diberitahu sang ibu bernama Inah.
Saat melahirkan, Inah berusia 19 tahun dan tak didampingi suami.
Ibunya bekerja sebagai buruh harian dan beralamat di Jalan Ciasem No 18, Kebayoran, Jakarta Selatan.
Dua hari setelah kelahirannya, Inah menyerahkan bayi Priscilla kepada bidan Budi Wahyuni yang membantu proses persalinannya.
"Waktu itu ibu menyerahkan saya kepada bidan karena merasa tidak mampu merawat dan membesarkan saya," beber Priscillia.
Pada 20 Oktober 1979, bidan Budi Wahyuni menyerahkan bayi Priscilla kepada Yayasan Mulia Cabang Jakarta, yang ditandatangani Ketua Yayasan Mulia Cabang Jakarta MY Rachmat.
Yayasan Mulia diketahui beralamat di Jalan Haji Agus Salim No 57 Jakarta. Namun Yayasan Mulia sudah tidak ada.
Tidak ada satu pun pihak yang bisa memberikan keterangan terkait Yayasan Mulia.
"Saya berharap bisa segera bertemu dengan ibu saya," ucap Priscillia.
Bagi yang mengenal Inah silakan hubungi di Facebook nya, atau kontak 112 call center gratis atau ke twitter @dinsosDKI1.
Di salah satu unggahanya dia menuliskan seperti ini
"Mencari, bertanya, mengemudi, berjalan, meninggalkan nomor telepon, mengemudi, bertanya, berjalan lagi .... Pada Hari Ibu Indonesia kami terus mencari ibu saya bersama dengan Dicca Tami (pada hari liburnya!). Setiap hari kita bergerak sedikit lebih dekat dengan kebenaran.
Ada saat-saat menyedihkan, ketika kami mengetahui bahwa agen adopsi yang menangani adopsi saya memang ilegal dan ditutup oleh polisi pada tahun 1980. Dan kemudian ada saat-saat di mana Anda bertemu lagi dengan orang-orang yang lebih menakjubkan, baik hati dan tulus yang bersedia membantu . Seperti Dahrul Oktavian dari Departemen Sosial Jakarta.
Dan keluarga yang membuka rumah mereka untuk kami sementara mereka mencari di lingkungan sekitar untuk rincian kontak atau nama. Sopir taksi yang terus menunggu dengan sabar. Atsir dan Dicca.
Seluruh hidupku aku merasakan ada sesuatu yang hilang. Ke mana pun saya pergi, saya merasakan lubang ini di dalam dada saya. Sekarang saya dikelilingi oleh bau, warna, orang-orang Jakarta, ..... untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya tidak merasakan lubang itu. Apa yang telah saya lewatkan selama ini adalah rumah."