Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Perayaan Misa Natal yang digelar di Gereja Katolik St Servatius, Bekasi, Jawa Barat kali ini memiliki tradisi unik tersendiri yakni menggunakan tradisi adat Betawi dalam prosesi Misa.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Paroki gereja tersebut, Matheus Nalih Ungin.
Baca: Hati-hati! Ini 10 Tempat Berbahaya Menyimpan Ponsel yang Bisa Mengganggu Kesehatanmu
Ia mengatakan proses inkulturasi itu ditampilkan melalui penggabungan antara iman dan budaya Betawi masyarakat Kampung Sawah.
"Jadi inkulturasi itu adalah bagaimana kita mencoba menggabungkan antara iman dan budaya," ujar Matheus, saat ditemui Tribunnews usai Misa di gereja tersebut.
Menurutnya, masyarakat Betawi di kawasan tersebut lebih mudah mengekspresikan cara mereka 'beriman kepada Tuhan' melalui cara masing-masing.
Satu diantaranya melalui dimasukkannya budaya Betawi dalam ibadat mereka.
"Nah lebih gampang bagi masyarakat atau orang-orang Kampung Sawah dalam mengekspresikan imannya itu menggunakan bahasanya sendiri, itu yang dimaksud dengan inkulturasi," tegas Matheus.
Matheus menyebut konsep inkulturasi tersebut telah dimulai sekira tahun 80-an, dan semakin digaungkan pada 2000-an ini.
"Sebenernya umumnya (konsepnya dari tahun 1980-an sudah dilakukan, tapi gaungnya (tahun) 2000-an lebih menggema lagi," jelas Matheus.
Lebih digaungkannya inkulturasi itu, kata dia, karena banyak masyarakat Kampung Sawah berharap agar budaya asli mereka bisa terus terjaga dan tidak terkikis.
"Karena banyak orang-orang yang ingin budaya Kampung Sawah itu bisa tetap dipertahankan dan dijaga," kata Matheus.
Dulu, hanya segelintir masyarakat yang memperjuangkan kelestarian budaya Betawi, namun kini banyak masyarakat yang semakin menggalakkan agar budaya asli Jakarta itu tidak punah.
"Tapi tahun 2000-an banyak orang yang ingin kalau bisa kebudayaan itu jangan sampai musnah di Kampung Sawah, terutama kebudayaan Betawi nya," pungkas Matheus.