TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta menggelar perayaan HUT ke-3 pada tanggal 12 Januari 2018 di Mal Pelayanan Publik (MPP) Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini merupakan puncak dari serangkaian acara HUT yang telah lebih dulu dilakukan oleh Unit Pelaksana (UP PTSP) se-wilayah DKI Jakarta sejak 2 Januari.
“Pelayanan Terpadu Berbasis Teknologi yang Mengedepankan Kearifan Lokal” dipilih sebagai tema acara dalam peringatan HUT kali ini. Hal ini sesuai dengan komitmen DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta yang ingin memperbaiki pelayanan birokrasi dalam bidang penanaman modal dan penyelenggaraan pelayanan perizinan / non perizinan di DKI Jakarta sehingga lebih memudahkan masyarakat dan menarik minat investor masuk ke Jakarta.
“Alhamdulillah, DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta dapat merayakan hari jadi yang ke-3. Selama hadir dalam memberikan pelayanan bagi masyarakat telah banyak tantangan dan polemik yang kami hadapi. Namun, berkat semangat kerja tanpa lelah dan inovasi tiada henti DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta selalu mampu menghadirkan solusi terbaik untuk menjawab setiap tantangan. Harapannya di usia yang ke-3 tahun ini, DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta lebih bersatu padu untuk meningkatkan pelayanan bagi seluruh warga Jakarta,” ujar Edy Junaedi dalam keterangan persnya, Sabtu (13/1/2018).
“DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta terus berupaya meningkatkan kinerja sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dimana negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dan hak dasarnya dalam kerangka pelayanan publik,” kata Edy menjelaskan.
Meski menerapkan teknologi modern, nilai- nilai kearifan lokal tetap menjadi hal utama dalam wajah pelayanan publik di DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta. Kearifan Lokal tersebut dikemas menjadi sebuah konsep yang dikenal dengan nama SETIA (Solusi, Empati, Tegas, Inovasi, Andal).
Edy menerangkan, nilai- nilai kearifan lokal yang diterapkan dalam pelayanan dapat mengubah wajah birokrasi di Jakarta yang dahulu kerap mendapatkan stigma negatif seperti pelayanan yang kaku, berbelit, dan rumit menjadi birokrasi yang SETIA Melayani Jakarta
“Selain menerapkan teknologi modern, pelayanan prima bagi masyarakat perlu diringi dengan sifat- sifat kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Kita harus mengubah stigma negatif tentang pelayanan birokrasi, sehingga kedepannya Jakarta bisa menjadi kota ‘primadona’ bagi para investor baik lokal maupun asing. Yang tentunya akan berdampak langsung bagi kemajuan perekonomian di Jakarta, “ demikian ucap Edy.