TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deka (20), mahasiswi Universitas Bina Darma (UBD) Palembang, menjadi korban dengan luka terparah robohnya lantai mezanin gedung Bura Efek Indonesia (BEI) yang dirujuk ke RSAL Mintohardjo.
Saat itu, mahasiswi cantik ini bersama korban lainnya sudah sampai di lantai mezanin guna mengikuti seminar.
Namun tiba-tiba lantai itu roboh yang menyebabkan ia jatuh dan mengalami patah tulang rusuk, pinggul, dan keretakan di siku kiri.
"Patah di tiga bagian, nggak bisa digerakin sekarang," ujar Deka saat ditemui Warta Kota di ruang perawatan RSAL Mintohardjo, Senin malam.
Orangtua Deka yang tinggal di Palembang langsung terbang menuju Jakarta untuk melihat kondisi anaknya.
"Orangtua sudah dihubungi, lagi jalan ke sini dari Palembang," ujarnya semalam.
Lantaran masih dalam keadaan tertekan, Deka menolak untuk menceritakan kronologis kejadian saat lantai mezanin itu ambruk.
Namun ia menjelaskan patah tulang disebabkan karena terjatuh dan tertimpa teman-temannya. "Luka (patah) karena kejatuhan (teman-teman), nggak mau dibayangin," tuturnya.
Kondisi Deka yang terluka parah dibenarkan Kepala Departemen Penyakit Dalam RSAL Mintohardjo Kolonel dr Eko PAW.
"Ya, Deka paling parah. Karena patah di tulang siku, tertekan di tulang belakang, patah kaki, tapi kakinya masih bisa bergerak, fraktur acetabulum, patah juga di tulang kemaluan," ujarnya.
Ia menjelaskan Deka terluka parah karena terjatuh dalam posisi berdiri. "Kemungkinan terjatuh posisinya berdiri. Lalu jatuhnya terduduk kena pantatnya dulu atau berdiri (posisi kuda-kuda), soalnya ininya (tulang panggul) patah," kata Eko.
Eko menambahkan dari 17 pasien, terdapat 4 orang yang harus menjalani proses operasi tadi malam, namun proses operasi Deka masih akan menunggu hasil observasi sehingga tidak bisa dilakukan semalam.
"Jadi penanganannya kita observasi dulu karena dia mengeluh nyeri di perut. Kalau kita lihat aman, nggak ada pendarahan atau udara bebas di perut baru kita operasi. Khusus buat Deka kita observasi dulu, lainnya malam ini (semalam--Red) kita operasi," katanya.
Operasi segera
Kepala RSAL Mintohardjo, dr Kolonel Laut Wiweka menjelaskan banyak dari pasien yang mengalami luka yang bervariasi, terutama pasien atas nama Deka (20), Desvahera (20), Karmeta (20), dan Indah (20). Mereka adalah mahasiswi semester 5 Universitas Bina Darma Palembang.
"Sebetulnya pasien mengalami multiple injury, trauma di berbagai tempat, yang kami lihat tadi rekaman kejadiannya bahwa mereka jatuh, tidak bisa dinilai bagian mana dulu (yang jatuh) benturan. Tapi paling banyak di daerah tangan kemudian kaki, pinggul, dan tulang belakang," ungkapnya.
Berbagai dokter spesialis telah disiapkan pihaknya mulai dari dokter ahli ortopedi untuk menangani patah tulang, dokter ahli saraf, dokter ahli digestif yang menangani trauma di bagian perut dan konsultan intensive care.
Ibu hamil
Sementara itu sebanyak tujuh korban dibawa ke RS Pusat Pertamina (RSPP). Kepala Bisnis Management RSPP Agus W Susetyo mengatakan terdapat 7 korban yang masuk di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSPP yaitu 4 laki-laki dan 3 perempuan.
"Dari ketujuh pasien itu, satu orang ibu hamil dan satu mahasiswa yang sedang kunjungan belajar di tempat tersebut (BEI)," ujar Agus saat ditemui di RSPP Jakarta Selatan, Senin (15/1).
Sebanyak 5 orang menjalani rawat inap, sedangkan satu pasien sudah diperbolehkan pulang dan seorang lagi masih dalam observasi di IGD agar bisa pulang dan melakukan rawat jalan.
Agus menjelaskan ada beberapa pasien yang luka akibat benturan, ada juga yang hanya psikis saja.
"Yang cuma kaget itu ada dua orang. Tapi yang lainnya ada luka lecet, patah tulang, dan luka akibat benturan di kepala," ujar Agus.
Beberapa penanganan segera dilakukan pihak RS seperti melakukan penjahitan, dan perawatan medis lanjutan.
"Lamanya rawat inap itu tergantung kasusnya, kalau yang patah tulang kemungkinan bisa tiga hari," ujar Agus.
Sedangkan menurut dr.Trijati yang menangani korban, skala lukanya ringan sampai sedang.
"Yang hamil bernama Nova. Dia tidak langsung kena reruntuhan. Kejadiannya tepat di depan pasien, karena dia lagi hamil jadi syok, sesak napas, dan kontraksi," ujar dr Trijati.
"Sudah dilakukan periksaan dan janinnya stabil, pasiennya juga baik-baik saja, namun kita sarankan observasi paling tidak 1 sampai 2 malam," sambungnya.(m14/m16/abs/suf/Kompas.com)
Artikel ini sudah dimuat di WARTA KOTA dengan judul: Mahasiswi Cantik ini Kondisinya Paling Parah Saat Lantai Ambruk