Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno menyangkal dirinya alergi memakai istilah pembangunan era pemerintahan Ahok-Djarot.
"Saya enggak pernah alergi menyebut kata-kata yang poluler di pemerintahan sebelumnya," kata Sandi di Candi Bentar, Putri Duyung , Ancol, Jakarta Utara, Selasa (3/4/2018).
Sandi menjelaskan istilah naturalisasi sungai memang menggunakan konsep penataan yang berbeda dari konsep Ahok, yakni normalisasi.
"Di setiap penataan itu kita tidak bisa pukul rata. Tidak bisa digeneralisir, teman-teman sudah lihat di beberapa wilayah sudah cocok untuk naturalisasi, sementara wilayah lain cocok untuk normalisasi, ujar Sandi.
"Saya tidak pernah alergi menyebut kata normalisasi," imbuhnya.
Sandi memastikan program yang dilaksanakan Pemprov DKI ditunjukan untuk kepentingan masyarakat. Ia ingin konsep penataan berbasis partisipatif dari warga DKI Jakarta.
Baca: Pesta Miras Oplosan Telan Tiga Nyawa di Jakarta Selatan
"Patut kita garisbawahi karena yang kita pentingkan adalah layanan kepada masyarakat," tutur Sandi.
Sebelumnya, pada rapat paripurna DPRD DKI Jakarta, Senin (2/3/2018) lalu, Fraksi Parti PDIP meminta Anies-Sandi agar tidak alergi memakai istilah pembangunan pada pelaksanaa RPJMD era Ahok-Djarot.
"Kami berharap agar pemerintah daerah saat ini tak perlu alergi atau tidak nyaman dengan beberapa istilah yang terlanjur populer maupun tidak populer berkenaan dengan pelaksanaan RPJMD Tahun 2013-2017," ucap anggota DPRD DKI Fraksi PDIP William Yani saat membaca paparan PDIP.
Istilah-istilah yang disebutkan terkait normalisasi sungai, termasuk sungai Ciliwung, RPTRA, rusunawa, Rusunami, rumah deret, penggusuran atau penertiban, KJP, KJS, dan lian-lain.