TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pembunuhan pensiunan TNI AL, Chunaedi, di rumahnya, Jalan Kayu Manis, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis (5/4/2018) menyisakan sejumlah misteri.
Chunaedi, yang ditemukan tewas di atas kasur itu, dibunuh saat tengah mengaji di rumahnya.
Kejadian bermula pukul 18.00 waktu setempat.
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Stefanus Tamuntuan menerangkan, saat peristiwa malang itu dialami Chunaedi, sang istri tengah mengaji di kamar tidur.
Baca: Ibu dan Anak Ditemukan Tewas Berpelukan, Begini Penjelasan Polisi
"Korban sedang mengaji di kamar tengah, sementara istrnya mengaji di kamar tidur" ujar Stefanus.
Tiba-tiba seseorang tak dikenal mengetuk pintu depan rumah korban.
Begitu Chunaedi membukakan pintu, tak lama kemudian istri korban mendengar suara teriakan sang suami.
"Ketika keluar kamar, melihat korban sedang di lantai berkucuran darah, istri korban langsung histeris meminta pertolongan," ujar Stefanus.
Pihak kepolisian masih terus mendalami kasus ini.
Baca: Bulan Depan, Kebijakan di Tol Jakarta Cikampek, Bakal diterapkan di Tol Tangerang
Dari sejumlah keterangan saksi, belum diketahui pasti motif dan jumlah pelaku pembunuhan sadis itu.
Sementara dari hasil pemeriksaan terhadap tubuh Chunaedi, ditemukan beberapa luka sobek.
"Tiga luka robek atau tusuk, yakni dua di bagian bawah dada kiri, dan satu di lengan kiri," ujar Stefanus melalui keterangan tertulisnya, Kamis (5/4/2018).
Tewasnya pensiunan TNI AL itu melengkapi deret kasus pembunuhan sadis yang terjadi di Indonesia.
Dan melengkapi miliaran kasus pembunuhan yang terjadi sejak zaman nabi Adam.
Dari pembunuhan yang tak diketahui, perorangan, hingga pembunuhan massal, para pelaku ternyata memiliki beberapa karakter khas pembunuh yang dapat dijelaskan secara sains.
Seorang psikiater, Dr. Helen Morrison dan Neuroscientist, Jim Fallon mengungkapkan beberapa karakter pembunuh yang tak dimiliki manusia normal umumnya, yakni:
1. Memiliki Kromosom Abnormal
Kromosom abnormal yang diperoleh secara genetik ini turut mendorong seseorang memiliki sikap sadis hingga tega menghilangkan nyawa orang lain.
2. Pola Otak
Bagian otak manusia yang merespons kesedihan dan perasaan depresi disebut dengan orbitofrontal cortex.
Seorang pembunuh memiliki orbitofrontal cortex dengan aktivitas lebih tinggi ketimbang rata-rata orang pada umumnya.
Semakin lambat aktivitas orbitofrontal cortex makan akan semakin tinggi rasa empati kita terhadap orang lain dan lingkungan.
3. Masa Kecil Penuh Kekerasan
Sedikit banyak trauma yang melingkupi masa kecil seseorang berpengaruh pada kecenderungannya untuk menyakiti bahkan membunuh mahluk lain.
Kekerasan verbal, psikis hingga fisik yang menahun membuat seseorang seakan mengonfirmasi bahwa kekerasan yang mereka alami juga dapat mereka lakukan ke orang lain.
Hal ini berpengaruh besar pada kecenderungan mereka menyakiti bahkan membunuh orang lain.
Simak video selengkapnya di atas!(*)
Berita ini telah terbit di Grid.ID berjudul: Kasus Pembunuhan Pensiunan TNI AL di Cilandak, Sains Menjelaskan Karakter Khas Para Pembunuh yang Berbeda dari Manusia Normal