Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Novian Ardiansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tingginya harga telur membuat resah pembeli, terutama mereka para ibu rumah tangga yang kerap berbelanja kebutuhan pokoknya di pasar.
Tak ayal keresahan para ibu rumah tangga itu diungkapkan lewat tawar-menawar harga dengan pedagang
Sikap yang demikian tersebut ditujukan ibu rumah tangga sebagai bentuk protes akibat tingginya harga telur saat ini.
Satu di antaranya dirasakan Mustain seorang pedagang telur yang tak jarang mendapat protes langsung dari ibu-ibu lantaran harga jual telurnya yang tinggi.
"Iya kalau ibu-ibu mah pasti ada saja yang tetap nawar karena harganya memang tinggi, jadi suka ditawar lagi," kata Mustain di Pasar Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (19/7/2018).
Baca: Bang Dailami: Miris, Ibu-Ibu Berdesakan Beli Telur Pecah
Ia sendiri saat ini menjual telur dengan harga berkisar antara Rp 27 ribu - Rp 28 ribu per kilogram.
"Itu memang harga tertingginya segitu, kalau stabil biasanya cuma Rp 22 ribu per kilogram," ujar Mustain.
Meski banyak ibu yang mencoba menawar, lanjut Mustain, ia tak bisa lagi mengurangi harga telur yang sudah merupakan harga pas untuk dijual eceran tersebut.
"Memang harganya segitu, tapi ibu-ibu juga akhirnya tetap beli karena mau enggak mau ya sudah jadi kebutuhan pokoknya juga," katanya.
Ia menambahkan, jika naiknya harga telur juga berimbas pada turunnya angka penjualan.
Sebelumnya Mustain mengatakan, jika kelonjakan harga sudah terjadi sejak gelaran Pilkada Serentak 2018 berlangsung yaitu pada Rabu (27/6/2018) lalu.
Harga telur yang sebelumnya berkisar di angka Rp 23 ribu - Rp 24 ribu per kilogram terus mengalami kenaikan hingga harga tertinggi di Rp 28 ribu per kilogram.
"Mulai pilkada kemaren tanggal 27, itu pas malamnya harga naik. Besok naik seribu, naik lagi besoknya seribu, sampai sekarang harga masih tertinggi Rp 28 ribu," jelas Mustain.