Laporan Reporter Warta Kota, Panji Baskhara Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat malam tiba, ruas jalan di sepanjang Jalan Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat kerap diramaikan dengan hadirnya para wanita pekerja seks komersial (PSK) yang menjajakan diri di pinggir jalan.
Keberadaan mereka meresahkan warga. Merespon hal itu, puluhan personel Satpol PP Jakarta Barat menggelar razia terhadap mereka selama dua hari berturut-turut, Kamis danĀ Jumat (19-20/7/2018), dinihari.
Saat razia ini, petugas sempat kewalahan lantaran para wanita pemuas birahi lelaki hidung belang kini mencoba melawan dan kabur serta berteriak histeris.
Mereka menolak dibawa paksa petugas ke mobil Satpol PP yang telah disiapkan.
Tidak hanya itu ada beberapa dari mereka yang akan dibawa, nekat melompat dari mobil petugas.
Rata-rata, PSK ini berusia cukup muda, sekitar 20 tahunan. Ada juga yang sudah berusia 40 tahun ke atas.
Baca: SP Pertamina Turun ke Jalan, Protes Akuisisi 51 Persen Saham Pertagas oleh PGN
"Mereka ini sudah menahun lebih menjajakan diri ke pria hidung belang di Jalan Tubagus Angke. Banyak laporan yang masuk ke kami terkait keberadaan mereka. Kami menggelar razia ini dan berhasil menjaring puluhan orang," ujar Kasatpol PP Jakarta Barat, Tamo Sijabat.
Menurut Tamo, sejumlah wanita penghibur itu langsung dibawa ke Panti Sosial.
Saat razia berlangsung hingga usai, Tamo menyatakan tidak menemukan adanya narkotika dan senjata tajam.
"Mereka kami amankan lalu kita serahkan ke panti sosial," jelasnya.
Tamo mengatakan, umumny para PSK yang terjaring bukan warga asli DKI Jakarta.
"Dari hasil pemeriksaan identitas mereka juga bukanlah warga Jakarta. Tapi warga luar, yang salah satunya di Kawasan pulau Jawa. Mereka datang ke Jakarta itu untuk mengadu nasib. Di sini mereka juga tidak punya keahlian apa-apa. Tetapi, menghibur pria hidung belang saja lah kemampuan mereka," ujarnya.
Dalam satu bulan terakhir, sebanyak 35 PSK berhasil terjaring razia. Semuanya langsung diserahkan ke panti sosial untuk bisa diberikan pembinaan.
Sayangnya, mereka berada di panti hanya sebentar. Setelah itu, para PSK ini kembali ke pekerjaan lamanya, menjajakan diri di jalan.
"Bicara masalah PSK ibarat orang lagi sakit flu. Penyakitnya tak mudah disembuhkan total. Datang lagi dan selalu aja datang lagi. Kalau kami bawa (pulangkan) ke kampung halaman pun tidak ada anggarannya. Justru dengan menjadi PSK dan kena razia itu dimanfaatkan oleh mereka. Mereka bisa pulang kampung dengan gratis. Jika butuh uang, mereka kembali ke sini," beber Tamo Sijabat.