TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Kekeringan yang melanda sejumlah Desa di Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi, membuat ribuan warga menderita selama kurang lebih empat bulan terkahir.
Sampai saat ini, belum ada solusi konkret dari Pemerintah Daerah untuk menyelesaikan masalah yang kerap terulang dan terjadi bertahun-tahun.
Baca: Respon Kekeringan Landa 20 Desa, Pemkab Bandung Tetapkan Status Siaga Darurat Bencana
Warga Desa Ridogalih, satu dari tiga Desa yang menjadi langganan kekeringan mengandalkan sumur bor sebagai sumber air selama kemarau melanda.
Sumur bor menurut sejumlah warga sampai saat ini dipandang sebagai solusi pemasok air selama musim kemarau.
Namun, tidak semua warga memiliki sumur bor, di RT01, RW02, Desa Ridogalih, Kecamatan Cibarusah, Bekasi misalnya, hanya ada empat titik sumur bor bermesin jetpump.
Dari empat titik itu, hanya ada satu sumur yang bisa diandalkan lantaran sumur lainnya tidak mampu menghasilkan air yang cukup, bahkan terkadang air tidak keluar meski mesin jetpump sudah dinyalakan.
Aminah (41), warga yang di depan rumahnya terdapat sumur bor mengatakan, sumur-sumur yang ada di wilayah tempat tinggalnya merupakan hasil sumbangan dari sebuah yayasan sosial.
Mayoritas warga Desa Ridogalih tidak memiliki sumur bor pribadi. Pasalnya, untuk membuat sumur bor diperlukan biaya yang tidak sedikit.
"Kalau mau buat sumur sendiri mahal biayanya, ini juga sumur semua hasil sumbangan dari Yayasan," kata Aminah.
Biaya membuat satu sumur bor di Cibarusah bisa mencapai Rp 8 juta rupiah. Kontur tanah yang labil dan kedalam air tanah yang sangat dalam membuat biaya pembuatan sumur menjadi mahal.
"Ngebornya aja mahal, belum mesin jetpump, kalau disini kan enggak cukup 20 meter ngebor tanah, ini aja sumur yang ada dalamnya 50 meter," kata Aminah.
Setiap kekeringan melanda, warga di RT01, RW02, Desa Ridogalih, mengantre untuk mengisi jerigen air. Setiap pagi dan sore hari warga disibukkan dengan menyiapkan stok air untuk keperluan di rumah.
Warga Desa Ridogalih sendiri rata-rata berprofesi sebagai petani. Saat kemarau tiba, petani di Desa Ridogalih akan berhenti bercocok tanam saat kemarau tiba.
"Kalau lagi kemarau gini enggak ada air paling warga sibuk nyari air saja, ada yang dagang juga, ya macam-macam," ucap Aminah.
Kekeringan di Kecamatan Cibarusah melanda tiga Desa yakni Sirnajati, Ridogalih dan Ridomanah. Setiap memasuki musim kemarau warga mulai kesulitan pasokan air.
Baca: Muntah-muntah, 30 Pelajar SD Taruna Bangsa Ciputat Diduga Keracunan Susu Kemasan
Kekeringan biasanya melanda selama tujuh bulan, tahun ini, warga sudah mulai kesulitan air sejak bulan maret 2018 lalu dan diprediksi baru akan normal kembali ketika memasuki musim hujan di bulan November.
"Kalau air sumur bor enggak bisa buat minum, paling buat nyuci sama mandi saja, kalau buat minum tetep beli air bersih," kata Aminah.
Penulis: Yusuf Bachtiar
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Mahalnya Biaya Pembuatan Sumur Bor Menambah Derita Kekeringan Warga Cibarusah