TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Muhammad Ikhsan Imban (34) warga Komplek Billymoon, Duren Sawit, Jakarta Timur, adalah satu dari ratusan korban gempa 7,7 SR yang menguncang Palu, pada Jumat (28/9/2018) lalu.
Nyawa Ikhsan tak terselamatkan lantaran dirinya terjebak hampir 24 jam lebih di reruntuhan Hotel Roa Roa tempat ia menginap.
Ayah Korban, Rizaludin Imban (73), mengatakan bahwa almarhum adalah sosok yang tangguh di mata keluarga.
Bahkan sikapnya yang baik membuatnya banyak teman.
Rizaludin hanya dapat mengikhlaskan kepergian almarhum dalam musibah ini.
"Kami yakin dia syahid, itu karena dia ke sana bekerja untuk bangun PLTN untuk Listrik kepentingan masyarakat banyak yang ada di daerah. Namun takdir berkata lain," kata Rizaludin saat ditemui di Rumah duka, Senin (1/10/2018).
Baca: Belajar Mitigasi Bencana dari Jepang
Rizaludin tak menyangka jika anaknya menjadi salah satu korban gempa di Palu.
Ia menuturkan, Ikhsan sudah berada di luar kota selama sebulan ini di Gorontalo.
Namun karena ada keperluan pekerjaan pada Jumat (28/9/2018), Ihsan pergi ke Palu dan menginap di Hotel Roa-Roa.
"Kebeteluan Ikhsan ini ada keperluan di Palu urusan pekerjaan tapi hanya transit, paginya dia harus jalan lagi, tapi sore itu, dapat kabar bahwa di Palu terjadi gempa. Sebelum terjadi gempa saya sempat menghubungi dia untuk menanyakan kabar," kata Rizaludin saat ditemui di rumah duka, Senin (1/10/2018).
Setelah terjadi gempa, semua komunikasi terputus, pihak keluarga bahwa sempat berupaya menghubungi korban namun saat itu tidak kunjung dapat kabar.
Bahkan tak hanya orang tua korban, istri dan anak korban pun mencari kabar dari Ikhsan pasca terjadinya gempa tersebut.
Pihak keluarga ketika itu, hanya berserah diri dan berdoa agar keberadaan Ikhan segera diketahui dan dalam kondisi baik-baik saja.
Namun pada Sabtu (28/9) dapat kabar dari teman kerja korban yang kala itu menginap satu hotel dengan Ihsan, jika Ikhsan masih terjebak di dalam hotel yang saat itu kondisinya sudah luluh lantah.