TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan alasan mengapa menggelar acara bertajuk 'Senandung Salawat dan Dzikir Nasional sekaligus Doa untuk Keselamatan Bangsa' ini pada tanggal 21 Februari 2019.
Ketua Bidang Infokom MUI DKI Jakarta, Faiz Rafdi mengatakan, acara ini sebenarnya sudah direncanakan berlangsung di malam tahun baru 2019.
Baca: Warga Serpong Antusias Ikuti Malam Munajat 212 : Kami Ingin Berdoa Bersama-sama
Bahkan, acara ini sudah direncanakan sejak Rakerda MUI DKI Jakarta, yang berlangsung pada Desember tahun lalu.
Namun, acara terpaksa diundur sampai awal tahun karena padatnya jadwal MUI DKI Jakarta di akhir 2018.
"Itu sebenarnya acara itu sudah lama digagas. Bahkan rencananya malam tahun baru. Kita tadinya mau akhir tahun itu karena terlalu mepet sejak pelantikan kita, terus mau Januari ya, tapi baru ketemu angka bulan ini," kata Faiz saat dihubungi.
Soal pemilihan tanggal, Faiz mengatakan angka 212 ini tak mau angka tersebut menjadi label buruk untuk disematkan pada ormas Islam tertentu.
"Terus ketemu tanggal ini baru kita bisa (mengadakan acara). Di samping itu, tanggal 21 ini dipilih kan memang tanggal identik yang selama ini terkesan milik kelompok tertentu. MUI ingin merajut semua kelompok sebenarnya kita semua tidak ada kaitannya dengan tanggal. MUI ingin merajut semua ukhuwah," terang Faiz.
Faiz mengungkapkan, acara yang digelar di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat ini bertujuan untuk mendoakan persatuan umat Islam dan keselamatan Bangsa Indonesia, terutama di momen Pemilu Serentak 2019.
Menurut Faiz, umat Islam di Indonesia mulai terpecah belah hanya karena beda pilihan di Pemilu mendatang.
Selain itu, Bangsa Indonesia akhir tahun lalu diterpa bencana alam yang bertubi-tubi, sehingga MUI DKI Jakarta menganggap perlu diadakannya sholawat dan dzikir malam ini.
"Sholawat dan dzikir itu (diadakan) karena pas ulang tahun baru itu kan apalagi sejak Pilpres ini kan umat Islam tuh terbelah. Terus ada musibah beruntun. Maka tema yang diangkat kan untuk merajut ukuwah dan juga untuk keselamatan bangsa," kata Faiz saat dihubungi.
Faiz melanjutkan, ada beberapa pertimbangan yang dipikirkan MUI DKI Jakarta dan ormas Islam yang hadir ketika memutuskan Monas sebagai lokasi acara.
Selain lokasinya yang luas, Monas dipilih menjadi lokasi acara karena aksesnya yang lebih mudah ditempuh dan daya tampungnya yang besar.
Faiz menyebutkan, ada alternatif lain terkait lokasi acara yang dipertimbangkan selain Monas. Lokasi itu adalah Masjid At-Tin di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Acara akhirnya diputuskan untuk terselenggara di Monas karena MUI DKI Jakarta sudah mendapatkan izin dari pemerintah.
"Sebenarnya kami sudah ada alternatif selain di Monas itu ada juga Masjid At-tin yang identik juga untuk umat Islam. Tapi dari segi akses, dari segi kemudahan, kemudian dari daya tampung lebih baik di Monas. Rupanya di Monas kita dapat izin, dapat lampu hijau, bukan hanya dari Pemprov DKI. Kan kalau kegiatan di Monas kan ada izin dari Pemerintah Pusat," kata Faiz.
Baca: Istilah Munajat 212 Bukan Usulan MUI DKI Jakarta
Acara 'Senandung Sholawat dan Dzikir Nasional Sekaligus Doa untuk Keselamatan Bangsa' yang juga populer dengan nama 'Munajat 212' dijadwalkan berlangsung mulai pukul 16.00 WIB sampai pukul 22.00 WIB hari ini.
Diprediksi, peserta acara bisa mencapai 6 ribu orang, sedangkan aparat gabungan yang berjaga mencapai 12 ribu orang.
Penulis: Gerald Leonardo Agustino
Berita ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul : Ini Pertimbangan MUI DKI Jakarta Adakan Selawat dan Zikir di Monas Pada Tanggal 21 Februari