News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polisi Duga Perawat yang Tewas di RS Adam Talib Cikarang Barat Seorang Pecandu

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Barang bukti obat bekas yang digunakan AG, perawat RS Adam Talib Bekasi yang tewas diduga overdosis

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - AG (21), seorang perawat Rumah sakit Adam Talib yang lokasinya di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, diduga kuat seorang pecandu.

Kanit Reskrim Polsek Cikarang Barat, Iptu Elman menjelaskan hal itu dikarenakan ditemukannya bekas suntikan disejumlah bagian tubuh, seperti tangan dan kaki.

Baca: Polisi Duga Tewasnya Perawat RS Adam Talib Karena Overdosis Gunakan Obat Bekas Pasien

"Dugaan kuatnya dia pecandu karena bekas suntikan ada tiga di tangan kanan, empat di tangan kiri dan ada di kaki," kata Elman kepada Wartakota, Kamis (28/3/2019).

Elman menjelaskan selain itu juga perawat itu mengetahui takaran dosis pada obat itu, pasalnya dirinya sudah beberapa kali menyuntikkan cairan obat itu beberapa kali.

"Ini kan cairan sisa bekas operasi ada 5 mililiter kalau disuntikkan seluruhnya bisa meninggal. Tapi dia hanya pakai sedikit saja, tapi kalau yang kejadian tewas kemarin kemungkinan dia campur pakai cairan obat lain atau memang tubuh sudah tidak kuat karena sering dapat cairan itu," ungkapnya.

Adapun cairan itu, kata Iptu Elman, didapatkan secara diam-diam dari bekas operasi pasien.

"Berdasarkan keterangan dokter dan rumah sakit cairan itu diambil diam-diam dari sisa bekasi operasi," jelasnya.

Cairan itu biasa digunakan untuk pasien saat operasi anastesi untuk melemahkan otot dan membuat tenang.

Adapun jenis cairan yaitu Dihydrogenum Citrate dan Roccumunium Bromide, obat ini untuk melemaskan otot.

"Jadi cairan itu digunakan di ruang ICU, tempat korban bekerja dan jarum suntik yang berada di ruang operasi bukan tempat korban bekerja. Dia ambil diam-diam," ungkapnya.

Ia mengaku kesulitan memastikan lebih dalam menelusuri kematiannya. Pasalnya, pihak keluarga enggan jenazah diotopsi.

"Kalau seandainya keluarganya mengizinkan untuk diotopsi, mungkin bisa lebih jelas cuman kita engga berani memaksakan," jelasnya.

Adapun bukti lain dari rekaman CCTV, lanjut Elman, belum diberikan oleh pihak rumah sakit.

"CCTV belum diberikan ke kita alasannya mesti panggil tim teknisnya dulu, mereka tidak mengerti membukanya. Kita akan desak terus dengan pihak rumah sakit supaya melancarkan proses penyelidikan ini," paparnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini