"Tidak ada sebab sakit, almarhum meninggal husnul khotimah Insya Allah," doa wakil Airin Rachmi Diany ini.
Ucapan duka turut Benyamin sampaikan melalui Instagram pribadinya di akun @benyamindavnie, juga sejumlah foto Aurel dan suasana rumah duka.
Pucat Sejak Rabu Malam
Meninggalnya Aurel secara mendadak dirasa sangat janggal oleh pihak keluarga, seperti dituturkan Romi, paman Aurel.
Romi bercerita pada Rabu malam keluarga kumpul di rumah untuk merayakan ulang tahun nenek.
Wajah Aurel malam itu terlihat pucat. "Pucat banget, seperti kelelahan. Padahal dia (Aurel) tidak memiliki riwayat penyakit," ucap dia.
Tubuhnya pun tampak lemas. Aurel saat tak ceria seperti biasanya.
Aurel mengaku tak menyampaikan keluhan apa-apa kepada keluarganya. Malam itu Romi dan lainnya menganggap Aurel hanya lelah karena ikut paskibra.
Pagi Subuh keluarga panik mendapati Aurel ambruk. Menurut pihak rumah sakit Aurel sudah meninggal.
Kematian Aurel yang masih misteri mendorong pihak keluarga meminta Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga untuk mengusut kasus ini.
"Saya minta kepada Dispora Tangsel usut kasus ini," beber Romi.
Romi meminta agar Pemkot Tangsel menindak dugaan kekerasan dialami Aurel, karena ada luka lebam di tubuhnya.
"Kalau tidak ditangani masalah ini, kami berencana melaporkan kepada pihak berwajib," kata Romi.
Ngaku Dipukuli Senior
Setelah kematiannya, perlahan terungkap sejumlah fakta yang mengejutkan keluarga di balik aktivitas Aurel yang padat selama mengikuti paskibra.
"Dia cerita ke adiknya, katanya dipukuli oleh seniornya di Paskibra. Tubuhnya juga lebam-lebam," beber Romi.
Selain Romi, Indra menangkap kejanggalan di balik kematian keponakannya, Aurel.
Terungkap selama menjalani latihan Paskibra, Aurel melewatinya dengan sangat keras. Hal itu Aurel ceritakan kepada keluarga.
"Di Tangsel itu latihannya mengenal sebutan latihan cincin, yaitu push up di aspal dengan cara tangan mengepal. Sehingga jari-jari cincin tangan menghitam," ujar Indra.
Indra terperanjat dengan pengakuan Aurel. Baginya latihan tersebut tak lazim dengan kegiatan Paskibra selama ini.
"Saya juga Paskibraka. Keluarga kami Paskibra. Ayah dan ibu Aurel juga Paskibra, tapi latihannya tidak sekeras itu," papar Indra.
Diary Merah Putih Saksi Bisu
Meninggalnya Aurel memiliki hubungan dengan buku Diay Merah Putih, tempat ia menuangkan segala pengalamannya di paskibra selama ini.
Diary Merah Putih menjadi saksi bisu sekaligus kenangan terakhir Aurel yang hancur dirobek oleh seniornya di Paskibra.
Di malam selesai mengikuti pesta ulang tahun sang nenek, Indra melihat Aurel sangat pucat dan tampak begitu lelah.
"Dia menulis di buku diary sampai jam satu dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu, karena yang lama punya dirobek oleh seniornya di Paskibra," ucap Indra.
Indra sempat membaca goresan tangan terakhir keponakannya di buku Diary Merah Putih.
Alasan Aurel menyebut judul buku Diary Merah Putih karena selama ini memang mencintai dunia Paskibra.
Keluarga besar Aurel hampir semuanya pernah terlibat dan menjadi anggota Paskibra. Begitu juga dengan ayah dan ibu Aurel.
"Dalam tulisannya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," papar Indra.
Pihak Sekolah Bereaksi
Pihak SMA Islam Al Azhar BSD Serpong mengevaluasi pengiriman wakil sekolah untuk mengikuti diklat Paskibra Tangsel tahun mendatang.
Evaluasi cukup beralasan menyusul meninggalnya anak didik mereka, Aurellia Qurratu Aini atau Aurel, saat mengikuti masa diklat Paskibra.
"Sebenarnya kita sih karena ini ranahnya sudah di ranah pemerintah ya, kita dari pihak sekolah tidak terlalu banyak mengikuti proses," ucap Yosef Hermawan, Humas Al Azhar BSD Serpong, Jumat (2/8/2019).
"Cuma mungkin, buat evaluasi kita saja dan menanyakan ke PPI kronologis kejadian yang sebelumnya selama diklat itu," imbuh Yosef.
Pihak SMA Islam Al Azhar BSD Serpong tengah mempertimbangkan mengurangi wakil untuk mengikuti seleksi Paskibra Tangsel.
"Kemungkinan ke situ arahnya, mengurangi perwakilan. Sebelum ada perbaikan dari PPI ya. Disporalah Pemerintahnya," ujarnya.
Pihak sekolah belum bergerak lebih jauh untuk mengetahui penyebab meninggalnya Aurel karena meninggal di rumah, bukan saat pelatihan.
"Sementara belum kita lihat unsur-unsur yang lain. Kejadiannya di rumah sih ya, jadi kondisi pelatihan apakah siang itu bagaimana, ada kekerasan atau tidak, kita belum ke ranah itu," ujarnya.
Meninggalnya pelajar SMA Al Azhar BSD Serpong baru pertama kalinya sejak puluhan tahun mengirim perwakilan untuk Paskibra Tangsel.
"Puluhan tahun kan kita ikut belum ada kejadian. Setiap tahun siswa kita pasti mengirim perwakilan," ungkap Yosep. (TribunJakarta.com/Warta Kota)