TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Kasus meninggalnya Aurellia Qurratu Aini atau Aurel, Calon Paskibraka pada masa pelatihan membuat Wakil Wali Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Benyamin Davnie geram.
Aurel merupakan calon Paskibraka (Capaska) yang meninggal pasa masa pendidikan dan pelatihan (diklat) Paskibraka.
Benyamin geram mengetahui pernyataan tersebut. Baginya, Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel sudah melewati batas dalam melatih para pelajar tingkat SMA itu.
"Saya katakan kepada mereka, kamu melewati batas. Yang kemudian makan jeruk segala macam itu, itu hasilnya apa, membentuk karakter enggak, membentuk sikap enggak, membentuk gerak barisan dia enggak," ujar Benyamin dengan menekan suaranya, di ruangannya, Kantor Pemkot Tangsel, Jalan Maruga, Ciputat, Jumat (9/8/2019).
Benyamin mengatakan, Wali Kota Airin Rachmi Diany meminta kepada anggota PPI Tangsel yang ingin melatih harus punya sertifikat.
• Fakta-fakta Pelecehan Seksual di Bintaro Sektor 9, Kronologi Kejadian hingga Kesaksian Pedagang Kopi
• Wakil Wali Kota Depok Bagikan 2.000 Besek Wadah Daging Hewan Kurban Secara Cuma-cuma
Sertifikat itu demi memastikan para senior Paskibraka itu tidak hanya memahami hal teknis dalam baris-berbaris dan pengibaran bendera, tetapi juga takaran dalam memberikan latihan fisik dan mental.
"Itu melewati batas. Nah itu lah perlunya sertifikat. Mereka harus tahu mengukur ketahanan anak mperempuan yang lagi datang bulan, itu harus seperti apa, itu di TNI sudah ada SOPnya," ujarnya.
Ben, sapaan karib politikus Nasdem itu mengatakan, pihaknya melalui Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) akan bekerja sama dengan TNI untuk membuat pelatihan itu.
"Ini kan soal tanggung jawab, soal mental, soal moral, sehingga saya sudah mintakan kepada komandan TNInya untuk nanti suatu saat dengan Dispora yang melakukan kursus kepelatihan," jelasnya.
Ben dan Dispora juga mulai mengevaluasi posisi PPI Tangsel dalam hajat diklat Paskibraka ini.
"Dievaluasi juga oleh Dispora apa yang krmudian harus disempurnakan dslam kerja sama bersama PPI. Di mana sih kewenangan PPI," tutupnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Wakil Wali Kota Geram, Sebut PPI Tangsel Melewati Batas Dalam Melatih Calon Paskibraka
Polisi dalami kematian Aurel
Polisi masih mendalami penyebab kematian anggota pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibra) asal Tangerang Selatan, Aurellia Qurratuaini.
Hari ini, Selasa (6/8/2019), polisi memeriksa sejumlah saksi termasuk pelatih paskibra Aurel.
Baca: Misteri Tangan Lebam Aurel Sebelum Meninggal, Pelatih Lihat Senior Paskibraka Tangsel Paksa Push Up
"Hari ini dari laporan yang saya terima adalah memeriksa beberapa saksi. Terutama yang menjadi pelatih," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (6/8/2019).
Pemeriksaan ssejumlah saksi dilakukan di Polres Tangerang Selatan.
Untuk membongkar dugaan kejanggalan kematian Aurel ini, Polda Metro Jaya bekerja sama dengan Polres Tangerang Selatan.
"Kita tetap berproses. Kita tunggu saja hasilnya," tutur Argo.
Seperti diketahui, Aurel meninggal dunia pada Kamis, 1 Agustus 2019 lalu.
Siswa Kelas XI MIPA 3 SMA Islam Al Azhar BSD ini menghembuskan napas terakhirnya di rumahnya di Taman Royal 2, Cipondoh, Tangerang.
Baca: Keluarga Paskibraka Tangsel yang Tewas Tak Tempuh Jalur Hukum, Inilah Alasannya
Ayah Aurel, Farid Abdurrahman, menilai ada kejanggalan dalam kematian anaknya.
Dia menganggap latihan yang dijalani anaknya sudah berlebihan.
Bantahan PPI Tangsel
Paskibraka asal Tangerang Selatan bernama Aurellia Qurratuaini meninggal diduga karena mengalami kekerasan fisik dari senior saat latihan.
Menanggapi hal itu, Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangerang Selatan Warta Wijaya membantahnya.
Baca: Daftar Lengkap Nama 68 Paskibraka dari 34 Provinsi Bertugas di Istana Presiden Pada 17 Agustus 2019
Menurutnya, Aurel maupun peserta paskibraka lainnya hanya diberi latihan fisik biasa dengan standar pembinaan yang sudah diatur.
"Yang pasti kita dalam pola pelatihan pendidikan paskibraka enggak ada yang namanya kekerasan atau pun body contact secara langsung kan enggak ada. Ya semua yang sudah diterapkan diajarkan itu sudah sesuai dengan standar pola pembinaan," ucap Warta saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/8/2019).
Warta menyebut latihan fisik wajar dilakukan karena anggota paskibraka harus melakukan baris berbaris dalam waktu yang cukup lama.
"Iya karena kan ya paskibraka kita tahu tugasnya membawa bendera duplikat pusaka baris berbaris dengan waktu yang cukup lama, yang sudah pasti dibutuhkan kebugaran sudah pasti butuh fisik yang agak beda dari yang lainnya," ujarnya.
Para anggota paskibraka sendiri diberi latihan fisik dari pukul 07.00 pagi hingga 16.30 sore.
Terkait lebam yang ditemukan di tubuh Aurel, menurut Warta tidak bisa langsung disimpulkan hasil kekerasan yang didapat dari latihan paskibraka.
Ia menyebut lebam tersebut bisa disebabkan oleh banyak faktor.
Baca: 5 Fakta Meninggalnya Paskibraka Aurellia Qurrota, Curhatan Diary hingga Dugaan Perpeloncoan Senior
"Masalah lebam kita juga belum tahu penyebabnya ini apa. Banyak faktor kan. Kalau kami ke anggota kami masih melakukan pendalaman ke anggota masing-masing ada atau tidak (kekerasan)," katanya.
"Tapi saya bisa pastikan dalam pola pembinaan kami tidak ada yang namanya unsur-unsur kekerasan," ucapnya melanjutkan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul: PPI Bantah Paskibraka Tangsel Meninggal karena Kekerasan Saat Latihan
Dihukum push up tangan mengepal hingga makan kulit jeruk
Farid mengatakan, latihan paskibra yang dijalani anaknya sudah berlebihan.
Hal itu dikatakan Farid karena dirinya Purna Paskibraka.
Perlakuan berlebihan itu diberikan oleh para seniornya, bukan para pelatih Paskibra.
"Jadi campur tangan senior di luar pelatih ini ini yang merupakan teror beban psikologis yang sangat luar biasa," ujar Farid saat ditemui Kompas.com.
Selama pelatihan, almarhumah kerap disuruh melakukan push up dengan tangan dikepal.
Akibatnya, tangan almarhumah mengalami lebam.
"Kemudian push up kepal yang di aspal di mana cewe suka ada cincinnya. Ini di luar kelaziman, sedangkan pendidikan militer sendiri tidak sampai sejauh itu," lanjut Farid.
Selain itu, putrinya kerap disuruh makan jeruk beserta kulit-kulitnya.
Hal ini yang membuat mental dan keadaan fisik Aurrelia semakin turun.