News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hardiyanto Kenneth, Anak Buruh Pabrik yang Melenggang Mulus Jadi Anggota Dewan Kebon Sirih

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hardiyanto Kenneth, politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hardiyanto Kenneth, politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) bakal dilantik menjadi anggota DPRD DKI periode 2019-2024.

Ia berhasil merebut hati warga Jakarta Barat di Dapil 10.

Namun di dalam perjalanan karir politiknya, pria kelahiran Medan, Sumatera Utara pada 13 April 1981 itu tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Banyak rintangan serta batu kerikil yang menerjangnya hingga terpilih menjadi wakil rakyat.

Pria yang kerap disapa Kent itu pun bercerita perihal kehidupannya di masa lalu yang penuh pengorbanan dan air mata.

Ia terlahir bukan dari keluarga yang kaya raya atau yang bergelimang harta, ia hanya seorang anak dari buruh pabrik dan guru.

Baca: Gadis Pekalongan Batal Dinikahi Kekasih Gara-gara Hitungan Weton, Keluarga Timang Soal Maut-Rezeki

Namun sayangnya, kedua orangtuanya tak bisa melihat kesuksesan yang diraih putra tunggal mereka itu, karena keduanya sudah meninggal dunia, dan hal tersebut membuatnya sangat terpukul karena sudah tidak punya siapa-siapa lagi.

“Saya ini anak yatim piatu. Kepergian mereka membuat saya terpukul,” cerita Kent, mengawali perbincangan beberapa waktu lalu.

Baca: Wajah-wajah Baru Anggota DPRD DKI Jakarta

Kepergian kedua orangtuanya itu, tak membuat suami dari dr. Caroline Mulyadi itu patah semangat, ia terus menjalani hidup dan tetap melangkah di masa-masa sulitnya.

Ia pun mengaku jika soal urusan sekolah dan makan ia dibantu oleh orang-orang baik.

Hingga akhirnya lulus dengan menyabet gelar Sarjana dan Magister Hukum dan Magister Ilmu Kepolisian dengan baik.

"Saya rasakan berkat Tuhan begitu banyak buat saya, saya ingat dulu waktu saya sekolah hingga kuliah dibantu orang dan makan juga dibantu orang,” tutur kent “.

Usai lulus menyabet gelar Magister Hukum, pria berumur 38 tahun ini menjadi pengacara. Kasus demi kasus pun berhasil dimenangkannya di pengadilan, ia kerap beradu argument demi membela kliennya.

Politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hardiyanto Kenneth. (Ist/Tribunnews.com)

Namun di perenungannya, hatinya terketuk untuk membela masyarakat yang tidak mampu. Hal itu dilakukan karena ia seperti sekarang ini karena banyak tangan-tangan yang memberikan bantuan baik moril maupun materil.

“Saya seperti sekarang ini karena banyak orang yang membantu. Kini sudah saatnya saya membantu warga yang tidak mampu,” sambung Kent.

Terjun ke Dunia Politik

Dengan tekad bulat untuk keluar dari zona nyaman sebagai pengacara, Kent pun akhirnya melenggang ke dunia politik.

Tahun 2010, ia bergabung di Partai Gerindra, dengan kegigihannya dan keuletannya akhirnya dipercaya sebagai Bendahara Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Jakarta Barat.

Kemudian ia maju sebagai caleg DPRD DKI Jakarta pada Pileg 2014 mewakili daerah pemilihan Jakarta Barat (Dapil X).

Namun dewi fortuna belum berpihak kepada dirinya, ia dikalahkan oleh rivalnya, Moh Arief dan Rina Aditya Sartika.

Kent hanya meraup suara sekitar 11.000 waktu itu. Dengan kegagalannya itu, ia tidak berkecil hati dan berkeinginan kembali untuk mencalonkan diri sebagai wakil rakyat.

Di tengah perjalanan, ia merasakan sudah tidak memiliki kesamaan visi dan misi lagi dengan Partai Gerindra.

"Saya ini orangnya berwarna. Bukan abu–abu. Saya putih ya putih. Hitam ya hitam. Kalau enggak suka ya bilang enggak suka,” tegasnya. Hingga akhirnya ia hengkang dari Partai Gerindra.

Saat keluar dari Partai Gerindra, Kent mempelajari persoalan politik di Indonesia, satu per satu partai politik dibedahnya, mulai dari partai berkuasa hingga partai politik yang baru lahir.

Tepat 2018, ia akhirnya memilih untuk bergabung ke PDI-P besutan Megawati Soekarnoputri. Bermodalkan rasa percaya diri dan tidak punya kenalan apalagi “bekingan”, ia masuk dan langsung berani maju di Pileg 2019.

“Saya ini bukan keturunan darah biru. Jadi saya tau diri dan saya gak kenal siapa–siapa di internal partai. Mungkin Partai PDI-P lihat saya orangnya semangat, positif thinking, dan mau berjuang keras untuk partai dan kemaslahatan ummat makanya saya bisa di percaya”. ucap dia.

Namun saat di Pileg 2019, ia berada di Dapil DKI Jakarta 10 yang meliputi wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat, terdiri dari: Kecamatan Grogol Petamburan, Kecamatan Taman Sari, Kecamatan Kebon Jeruk, Kecamatan Palmerah, dan Kecamatan Kembangan.

Kent pun mengaku sempat ragu karena statusnya sebagai keturunan Tionghoa, bahkan beberapa warga sempat menyebut dirinya kafir dan tidak pantas menjadi pemimpin.

"Saya enggak milih menjadi kafir. Kalau Tuhan kasih saya pilihan lahir sebagai kafir saya memilih enggak mau lahir di Indonesia. Saya minta lahir di Amerika, di Hongkong. Tapi hari ini saya lahir di Indonesia, yang Anda bilang kafir ini bisa menolong Anda juga kan,” tegasnya.

Dengan ratusan Sahabat Hardiyanto Kenneth (SHK), ia berjuang bersama-sama untuk merebut hati masyarakat Jakarta Barat terutama di Dapil 10 DKI.

Pada akhirnya, persoalan ini menjadi angin lalu dan ia menang di Dapil X dengan perolehan suara 21.870.

Terpilih menjadi anggota dewan Kebon Sirih, ia berjanji bakal mempelancar urusan birokrasi. Fokus jangka pendek Kent setelah dilantik sebagai anggota DPRD DKI adalah membereskan birokrasi di Jakarta yang dinilainya berbelit-belit.

"Saya janjikan warga tidak kesulitan dalam masalah administrasi. Seperti misalnya kita bantu ada ibu lahiran tapi enggak punya uang, bayinya ditahan di rumah sakit. Kalau ada ijazah anak ditahan karena belum bayar sekolah saya perlancar birokrasi agar bisa terbayar. Kalau masalah uang jangan minta sama saya, tapi permasalahan birokrasi ini yang akan saya bantu," kata Kent.

Tidak hanya itu, selain masalah birokrasi, ia juga menjanjikan akan mencari solusi untuk mendaur ulang sampah yang ada di Jakarta, karena jumlah sampah di Jakarta semakin menumpuk dan tempat penampungan yang ada pun telah melebihi kapasitas.

Lalu, bagaimana Kent menyikapi citra korupsi yang dilekatkan kepada anggota legislatif. Melihat itu, Kent menyerahkan hal tersebut kepada masing-masing anggota dewan kembali. Bagi dirinya, praktik korupsi itu tergantung kepada diri masing-masing anggota.

“Bagi saya tergantung kitanya. Kita mau jadikan politik ini putih atau hitam, jangan abu abu. Mau baik atau buruk itu tergantung orangnya," tegasnya.

Ia pun berharap kinerjanya selama lima tahun ke depan tidak mengecewakan warga Jakarta, khususnya pemilihnya di Jakarta Barat. Ia mewanti-wanti dirinya sendiri agar tidak tersandung kasus korupsi.

“Saya juga mewanti-wanti diri saya agar tidak terjerat ke lembah hitam (korupsi). Kita bekerja saja dengan keras dan ikhlas untuk warga,” pungkasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini