Laporan wartawan magang Muhammad Alberian Reformansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Sepenggal cerita dari Dedi Setiadi (37). Bekerja sebagai penjaga toilet umum di Pasar Palmerah. Pria kelahiran asal Tasikmalaya Jawa Barat ini harus menghidupi dua anaknya, Regina (5) dan Wahyudi (15 ) bersama istrinya Cucu (42).
Merantau ke ibu kota, berharap mendapatkan rezeki halal menghidupi keluarganya. Dedi baru bekerja menjadi penjaga WC (Water Closet) umum selama satu tahun di pasar Palmerah.
“Kalau gaji, sistemnya berdasarkan target, misalkan di target seratus lima puluh ribu rupiah. Kalau lebih lumayan (untuk pribadi), kalau kurang kita harus nombok,” ujar Dedi yang ditemui saat bersantai dibelakang rak pembayaran retribusi kamar mandi umum, Senin (23//9/2019) kemarin.
Dedi kemudian mengeluh, perusahaan tempat ia bekerja tidak memberinya fasilitas atau jaminan sosial apapun. Untuk kebutuhan tempat tinggal pun, Dedi tidur di titik penjagaan kamar mandi umum. Beralaskan tikar, bau kamar mandi yang khas, aroma cairan pembersih lantai menjadi aroma yang sehari-hari yang ia rasakan bersama istrinya.
Baca: Penumpang Panik Setelah Pilot Kurangi Ketinggian Sekitar 9.000 Meter
“Apalagi bulan-bulan sekarang mah lagi sepi, bahkan pernah tidak dapat (penghasilan) sama sekali. Harus nombok lagi,” Dedi berkeluh kesah sambil mengipas-ngipaskan wajah dengan tangannya.
Dedi bercerita harus menjaga beberapa titik kamar mandi umum dari jam 05.00 WIB hingga jam 22.00 WIB. Ia juga harus membersihkan kamar mandi ketika jam operasional pasar sudah tutup.
Menurut Dedi, orang-orang yang menggunakan kamar mandi ditempat yang ia jaga masih banyak yang menghiraukan kebersihan.
“Mau tak mau harus saya yang bersihkann. Kalau pun ada yang mau mengerti (menjaga kebersihan) ya tidak banyak,” jelas Dedi sambil memberikan uang kembalian pada pengguna kamar mandi saat ditemui.
Meski begitu, Dedi merasa bahagia. Ia bisa mengenal banyak orang yang bekerja di pasar Pal Merah. Baginya, hal tersebut merupakan ajang memperluas tali silaturahmi.
“Senangnya (bekerja menjadi penjaga WC Umum). Pastinya ketika lagi rame banyak pengunjung,” Dedi semringah.
Baca: Foto-foto Aksi Unjuk Rasa Mahasiswa di Solo: Berpakaian Hitam, Jas Almamater dan Membawa Poster Demo
Dedi mengaku pekerjaannya saat ini berbeda dengan tempat ia mengais rezeki dulu. Sebelumnya, Dedi bekerja menjadi penjaga WC umum di salah satu pasar di daerah Tangerang. Berbeda dengan sistem di Pasar Palmerah, ia bisa memiliki satu titik kamar mandi dan mengelolanya sendiri.
Namun, ia harus hengkang dari pasar tersebut karena tidak ada penghasilan lagi di titik WC umum tempat ia menjaga.
Baca: VIDEO Ketua BEM UI Sebut DPR Pengkhianat Rakyat di Depan Wakil DPR RI,Supratman dan Masinton Terdiam
Dedi terpaksa bekerja menjadi penjaga WC umum karena kesulitan mencari lapangan pekerjaan di Jakarta. Seraya berharap, impiannya bisa menjadi pedagang di pasar Palmerah segera terwujud. Namun, modalnya yang ada saat ini belum meluluskan keinginannya.
“Orang mungkin mengira menjadi penjaga kamar mandi umum kerjanya hanya duduk. Sebenarnya tidak semudah itu,”kata pria kelahiran tahun 1982 ini yang kembali mengumbar senyum.