Namun, yang menyambut justru gas air mata yang membuat pedih mata dan sesak pernapasan mereka.
"Kita datang baik-baik tapi malah disambut gas air mata," ujar Fikri.
Selain tindakan represif aparat, Fikri juga menyayangkan aksi anarkis massa demo yang ia belum tahu apakah itu dari mahasiswa atau massa tak dikenal.
Pembakaran motor dan penghancuran terhadap fasilitas umum, menurutnya akan memberikan stigma buruk terhadap pergerakan mahasiswa.
"Menyayangkan aksi anarkis kaya gitu, jadi stigma buruk juga kan," ujarnya.
Mahasiswa semester lima jurusan Pendidikan Jasmani itu mengaju sering ikut unjuk rasa di daerahnya.
Utamanya, mereka fokus isu pertanian.
Kedatangan mereka ke Jakarta pun ingin menyuarakan suara petani yang menolak RUU Budidaya Pertanian.
"RUU pertanian merugikan petani," ujarnya.
Selain itu, Fikri dan kawan-kawan ingin menyuarakan penolakan terhadap pengesahan Undang-undang KPK yang sudah disahkan.
"Dewan pengawas, itu kan yang paling janggal. KPK menajdi kembaga eksekutif tapi indepnden itu kan rancu banget," jelasnya.
Selain dari Universitas Galuh, di Stasiun Pondok Ranji juga ada Irsyaad dan Wiwik, keduanya adalah mahasiswa baru jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, UIN Jakarta, di Stasiun Pondok Ranji, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.
Mereka baru saja turun dari KRL sepulang dari demo di area gedung dewan itu.
Irsyaad mengaku ketagihan ingin ikut jika ada demo lagi. Ia merasa kurang puas karena belum sampai di depan gedung yang bentuknya mirip tempurung kura-kura itu.
Meskipun sempat khawatir akan situasi yang baru pertama ia alami, tapi Irsyaad siap jika besok masih ada demo seperti hari ini.