News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Cerita Ayat Menghidupi Empat Anaknya dengan Berdagang Minuman Hingga Tisu

Editor: Rachmat Hidayat
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ayat, pria asal Sulawesi yang sudah puluhan tahun merantau, mengadu nasib bersama istrinya di Ibu Kota Jakarta.

Laporan Wartawan Magang Muhammad Alberian Reformansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Teriknya matahari tidak menghentikan sibuknya aktivitas para pekerja di Jakarta. Dari para pekerja kantoran hingga tukang parkir, mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.

Sama halnya seperti Ayat, seorang pria yang mengandalkan tisu, koran, dan permen untuk dijadikan sumber penghasilannya sehari-hari. Saat ditemui, Ayat terlihat sibuk merapihkan dagangannya dan menanti pembeli di trotoar disamping jalan Jendral Sudirman, Jakarta Pusat.

Pria asal Bone, Sulawesi Selatan ini mengaku ia merantau ke ibu kota bersama istrinya dengan tujuan ingin mengadu nasib mereka.

Baca: GPII: Akan Ada Perubahan Besar di DKI Jakarta Jika Ibu Kota Jadi Dipindah

"Saya ke Jakarta bareng istri dulu tahun 1968, ya gak kenapa-kenapa (ke Jakarta), hanya ingin mengadu nasib. Pokoknya pengin merantau aja" kata Ayat saat ditemui pada Rabu (6/11/2019).

Sejak itu, ia mulai berkecimpung di dunia perdagangan, ia mengaku sudah 50 tahun berdagang di ibu kota. "Saya udah lama banget disini jualan. Sudah 50 tahun saya di (Jakarta) sini, barang (dagangan)nya ganti-ganti," aku Ayat yang kebetulan sedang berteduh dibawah payung.

Baca: Soal Ibu Kota Baru: Dekat Lahan Perusahaan Adik Prabowo, Sejumlah Fasilitas Hingga Rekomendasi DPR

Sekarang, ia menetap di Kebon Pala, Tanah Abang, Jakarta Pusat bersama istri dan 4 anaknya.  "Tinggalnya di Kebon Pala, Tanah Abang, ada anak empat. Semuanya sudah berkeluarga. Kebetulan perempuan semua" jelas Ayat.

Menurutnya, hasil dagangannya itu mampu menafkahi istri dan keempat anaknya yang sekarang sudah berkeluarga. "Kalau penghasilannya, nilai dagangannya kan kecil. Omset dagangannya Rp. 80.000, itu masih omset, bukan pemasukannya," kata Ayat.

Baca: Menjadi Pengamen Cara Slamet Membahagiakan Orang Lain

"Kalau pemasukan paling tinggi Rp100.000, itu kalau 5 hari, hari Senin sampai Jumat. Kalau Sabtu sama Minggu itu (pendapatan) loyo (tidak banyak red), tapi cukup lah untuk anak-anak" lanjutnya.

Ayat mengaku ia ingin mencari pekerjaan yang lain, hanya saja kondisi fisik menghalangi upayanya untuk mencari kerja. "Fisiknya sudah tidak kuat lagi. Sudah tidak masuk angkatan kerja kali" katanya sambil tertawa.

Ditengah asap-asap kendaraan yang memenuhi jalan Jenderal Sudirman, Ayat bercerita bahwa dulunya ia berdagang minuman dan mempunyai kios.

Baca: Rumah Sakit dan Perguruan Tinggi Kelas Dunia di Ibu Kota Negara yang Baru

Namun, ia diusir karena dianggap mengganggu lalu lintas."Dulu saya dagang minuman, pake gerobak, terus punya kios. Cuma diusir buat perapihan jalan, jadinya dagang ginian dah" kata dia.

Baca: DPD RI Akan Usulkan Skema Pemindahan Ibu Kota Kazakhstan kepada Pemerintah Indonesia

Sambil berteduh dibawah payung yang selalu menemaninya berjualan, Ayat tetap teguh menjajakan dagangannya, menanti orang yang ingin membeli dagangannya itu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini