Kendala lain yang pernah ia alami ialah mesin fotokopi yang rusak saat pemohon SKCK sedang ramai-ramainya. Alhasil dia langsung menelfon teknisi mesin yang siaga 24 jam.
"Cuma kan kadang lama betulin mesin bisa sampai satu jam, paling pada cari fotokopi lain, tapi kalau malem udah mau enggak mau nungguin soalnya udah enggak ada yang buka tempat fotokopi," jelas dia.
Pria yang baru enam bulan bekerja sebagai operator mesin fotokopi ini mengaku momen CPNS memang sangat berpengaruh pada pelayanan SKCK. Bahkan saking ramainya, hingga jam 3 pagi masih ada orang yang melakukan permohonan.
"Agak renggang kalau enggak CPNS, cuma kalau pas CPNS lebih rame padet bahkan jam 3 subuh juga ada di sini yang bikin," jelas dia.
Namun ketika ditanya omzet, Rahmat mengaku tidak tahu menahu. Dia tidak bisa menghitung pendapatan harian usaha fotokopi lantaran ada bos pemilik usaha yang memperkerjakannya.
"Kalau itu saya enggak tahu soalnya kan saya kerja di sini, tapi kalau biaya fotokopi ya macem-macem ada yang Rp 1000 ada yang Rp 500," jelas dia.