Laporan wartawan magang Yosi Vaulla Virza
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Namanya Bapak Ali. Bapak dari 6 orang anak ini setiap harinya berkeliling menjajakan es krim, dagangannya. Pria asal Cirebon ini, tahun 2000 lalu merantau bersama keluarganya ke Jakarta.
Awalnya Ali sempat berdagang Buah di Pasar Minggu. Setelah digusur ia langsung Banting stir menjadi pedangan es krim. Pria berusia 48 tahun ini pada awalnya mengaku diajak oleh temannya.
Baca: Dunia Dihantui Ancaman Resesi, Unilever Jualan Es Krim Rp 2.000-an
"Awalnya saya dagang buah di Pasar Minggu, sekarang udah digusur. Setelah digusur tidak tahu mau kerja apa lagi, diajak sama teman, ayok jualan es krim katanya. Ya saya mau," ujarnya.
Ali biasanya berdagang es krim dengan cara berkeliling, dari tempat yang satu ke tempat yang lainnya. Tidak ada tempat mangkal tetap. Paling sering ia mangkal di Lapangan Benteng dan Mesjid Istiqal.
Ia sengaja memilih kedua tempat tersebut, karena ramai oleh pengunjung setiap harinya. Menurutnya dari tujuh hari dalam seminggu, hari liburlah yang paling ramai pembelinya.
"Saya pagi dari rumah di Kampung Rambutan naik angkot ke Lapangan Benteng dulu. Siangnya salat Zuhur jalan kaki ke sini ( Masjid Istiqal),lanjut jualan lagi," katanya.
Baca: Banyak Digemari, Ternyata Makanan Ini Tercipta Tanpa Sengaja, Simak Kisahnya
"Kalau paling ramai ya hari libur, sabtu dan minggu yah. Kalau hari biasa seperti sekarang ini yah lumayanlah, 200 ribu dapat kalau lagi sepi nya 150 ribu," lanjutnya
Pada awal berdagang, Ali membuat langsung es krim dagangannya ini sendiri. Berbekal sering melihat temannya yang juga berdagang es krim ia kemudian belajar kemudian menjualnya.
Baca: Asisten Pamer Momen Nia Ramadhani Pertama Kalinya Mau Keluar Rumah Beli Es Krim, Biar Ada Kegiatan
Namun, kini Ali lebih suka membeli es krim yang sudah jadi ke pedagang grosiran. Menurutnya dengan umur yang sudah tua seperti sekarang ia sedikit tidak kuat jika harus bangun lebih pagi lagi untuk membuat es krim.
Dalam berjualan, juga banyak sekali hal yang kurang membuat menyenangkan yang dirasakan olehnya. Kejar-kejaran dengan Sapol PP sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.
Baca: Tak Punya Kesibukan, Nia Ramadhani Sengaja Pergi Cuma Buat Makan Es Krim: Tambah-tambah Kegiatan
Meski begitu, Ali mengaku tidak punya pilihan lain selain harus lebih berhati-jati saat berdagang. Menurutnya, selama ia bisa bekerja sama dengan Sapol PP dan sebisa mungkin lebih baik ia menghidar untuk keaman.
"Kalau pedagang kecil kayak kita ini setiap harinya dikejar-kejar Sapol PP. Alhamdulillah, saya tidak pernah ditangkap. Kalau kata orang hati-hati, kalau udah kelihatan ada petugas ya lebih baik kita langsung pergi saja, menghindar," ceritanya.
Baca: 3 Es Krim Unik di Dunia, Faloodeh Mirip Bihun
Es krim yang di jual oleh pria asal Cirebon ini ada 3 buah rasa, coklat, strawberi, juga rasa durian. Biasanya dalam penyajiannya ketiga rasa tersebut dicampur dan diletakkan ke tempat sesuai yang diinginkan oleh pembeli. Harga es krim yang dijual olehnya juga tidak mahal, pas sekali dikantong masyarakat.