TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak 24 anggota DPRD DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan melakukan kunjungan kerja (kunker) dengan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Para wakil rakyat Kebon Sirih itu belajar banyak dengan Risma, terkait menata kota.
Salah satu anggota dewan yang ikut kunker ke Surabaya yaitu Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, Hardiyanto Kenneth.
Kent-sapaan akrab Hardiyanto Kenneth- itu merasa takjub dengan paparan orang nomor satu di Surabaya itu, seperti penanganan banjir, pelayanan masyarakat terpadu dalam satu atap, penataan kota, hingga pengelolaan sampah.
Ia merasa kagum dengan program wanita kelahiran Kediri, Jawa Timur 20 November 1961 itu.
Salah satunya adalah Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) yang berada di dalam Mal.
Diketahui, tempat itu dulunya adalah Gedung Siola, tempat pusat perbelanjaan di tengah Kota Surabaya, kini disulap oleh Risma menjadi tempat pelayanan masyarakat Surabaya.
Baca: Jokowi Beri Saran Atasi Banjir Jakarta, Ini Reaksi Anies
Di dalam mal tersebut, ada 164 perijinan dari 21 Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintahan Kota Surabaya yang dilakukan disana.
“Pembangunan infrastruktur di Surabaya sangat luar biasa. Dan yang membuat saya kagum ada pelayanan di dalam mal, UPTSA jadi untuk mengurus perijinan disitu semua, ini yang tidak ada di Jakarta,” kata Kent dalam keterangannya, Sabtu (21/12/2019).
Ia pun merasa kecewa dengan gebrakan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan, dalam menata ibukota dengan anggaran uang yang sangat besar.
Namun, tidak ada perubahan yang signifikan melainkan bertambah mundur.
“Kita malu dengan Surabaya. Jakarta anggarannya besar tetapi sangat mundur hasilnya. Jujur saya sakit hati dan malu dengan apa yang sudah dilakukan Gubernur Anies terhadap Jakarta,” kata Kent.
Menurutnya, seorang pemimpin bekerja bukan karena besar dan kecilnya anggaran, akan tetapi karena niat dan kerja kerasnya dalam membangun kota agar lebih maju.
“Saya baru menyadari kerjanya seorang pemimpin bukan karena kecil dan besarnya anggaran, akan tetapi karena nawaitu (red-niat) dan kerja kerasnya, serta memanusiakan manusia,” tuturnya.
Ia pun berharap agar ibukota Jakarta lebih maju dibandingkan Kota Surabaya dan Gubernur Anies harus banyak belajar dari Walikota Surabaya Risma dalam membangun kota agar lebih nyaman bagi warganya.
“Pak Anies harus lebih banyak belajar dengan bu Risma, kurangilah dalam beretorika dan berkata kata. Apa yang dilakukan ibu Risma untuk Kota Surabaya sangat luar biasa bagusnya. Ibu Risma seorang pemimpin yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan cepat, dan dapat mengambil keputusan dengan bijak, mempunyai penguasaan manajemen knowledge yang baik. Terbukti pada saat menemani kita, beliau bisa memaparkan segala yang terkait dengan pelayanan di Mall UPTSA dengan gamblang dan jelas. Dan itu harus di contoh Pak Anies," pungkasnya.
Dalam kunjungan tersebut, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini secara spesial menyapa warga Jakarta Barat, dan berpesan jika terdapat masalah terkait ibukota jangan segan-segan untuk melaporkannya kepada Kenneth satu satunya wakil dari Jakarta Barat yang duduk di Komisi D DPRD DKI Jakarta.
“Kita berusaha bekerja keras dengan sepenuhnya hanya untuk kepentingan masyarakat, oleh karena itu warga Jakarta Barat jika ada masalah bisa langsung menghubungi Mas Kenneth sebagai wakil dari Jakarta Barat, saya yakin Mas Kenneth bisa menyelesaikannya dengan baik,” kata Risma didampingi Hardiyanto Kenneth.
Perlu diketahui sebelumnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkot Surabaya 2019, sebesar Rp9,5 triliun.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pun berhasil melakukan penghematan dalam pengelolaan APBD hingga 29 persen.
Dan seluruh pengelolaan keuangan di Surabaya yang menggunakan teknologi, terbukti malah bisa menciptakan penghematan.
Berbeda dengan APBD Jakarta 2019 yang menelan angka Rp89,8 triliun.
Sementara Jumlah penduduk Surabaya sekitar 3,3 juta orang dengan satu walikota.
Sedangkan Jakarta sekitar 12 juta penduduk dengan satu gubernur, lima walikota.
Dalam anggaran tersebut, Risma mampu membuat lebih dari 250 kilometer jalan baru, dan juga membangun saluran pengairan menjadi basis utama pembuatan saluran drainaise, yang diatasnya dapat digunakan sebagai jalan, saluran yang dibuat sangat besar dengan ketinggian 6 meter hingga 7 meter, lalu pedestrian di tata atasnya dengan bahan granit yang kokoh dan kuat.
Dan juga ada sekitar 1.400 perpustakaan baru. Dalam hitungan kasarnya, dalam satu tahun rata-rata dapat terbangun 100-110 sekolah baru.
Tak hanya itu, dalam setahun terbangun 70 taman dan 70 lapangan olahraga, penataan kali bersih di pinggiran, mengatasi kodrat sebagai tempat hilir banjir kiriman degan aksi penanganan konkret berupa penataan dari hulu/sumber banjir.
Selain itu, Pemkot Surabaya juga memberikan pekerjaan untuk difabel dan orang buta dengan besar gaji di atas UMK, memberikan 35 ribu orang makanan gratis, untuk anak yatim, lansia, miskin, pengalokasian rumah susun harga sewa sekitar 10 ribu hingga 80 ribu plus perlindungan sosial, layanan pendidikan tanpa diskriminasi, layanan kesehatan yang menyeluruh, E-raport anak sekolah.
Lalu, kinerja aparatur pemerintahan daerah kota besar Surabaya ditempuh degan reformasi birokrasi yang ketat.
Mengusung orientasi keteladanan, berkinerja terintegrasi, penguasaan regulasi, detailing eksekusi, turba intensif dan mentalitas melayani.
Senantiasa menciptakan perumusan perencanaan yang strategik, pelaksanaannya yang apik dan evaluasi yang ciamik berkesinambungan.