News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Banjir di Jakarta

UPDATE Banjir dan Longsor, Jakarta Barat Masih Tergenang Air, Jumlah Pengungsi 13.993 Jiwa

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkapan layar peta bencana Banjir di Jakarta

TRIBUNNEWS.COM - Update informasi terkait banjir dan longsor yang terjadi di DKI Jakarta, Selasa (7/1/2020) pukul 18.00 WIB.

Dari data yang dibagikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), diketahui beberapa wilayah di Jakarta sudah tidak ada genangan air.

Genangan air masih terlihat di wilayah Jakarta Barat.

Namun, Tinggi Muka Air (TMA) terlihat menurun.

Semula, TMA tercatat 20-60 sentimeter.

Saat ini TMA tercatat 10-30 sentimeter.

Untuk update jumlah pengungsi, hingga Selasa ini (7/1/2020) telah mengalami penurunan.

Semula, data pengungsi 14.535 jiwa, menjadi 13.993 jiwa.

Baca: Anggap Anies Baswedan Sebar Hoaks soal Banjir di Kemang, Guntur Romli Minta Anies Minta Maaf

BNPB menghimbau agar masyarakat selalu waspada dengan curah hujan tinggi.

Curah hujan tinggi diprediksi akan berlangsung satu pekan ke depan.

Diberitakan sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi siklus cuaca ekstrem masih akan berlangsung dan berulang hingga pertengahan Februari.

UPDATE Banjir dan Longsor : Genangan Air Masih Terlihat di Jakarta Barat (Laman BNPB)

Prediksi tersebut disampaikan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati.

Ia menerangkan, prediksi cuaca terbaru dalam dua pekan ke depan patut diwaspadai.

Hal tersebut disampaikan saat Rapat Koordinasi Banjir Jabodetabek di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/1/2020).

Dwikorita mengatakan, aliran udara basah dari Timur Afrika diperkirakan menuju wilayah Indonesia.

Baca: Percepatan Penanganan Banjir Disebut Tak Maksimal, Anies Baswedan: Mari Debat setelah Warga Tenang

Hal tersebut dapat mengakibatkan potensi hujan ekstrem pada 10-15 Januari 2020.

"Aliran udara basah masuk ke Indonesia diperkirakan pada tanggal 10-15 Januari 2020, dan siklus berulang pada akhir Januari hingga pertengahan Februari 2020," kata Dwikorita yang Tribunnews kutip melalui laman bnpb.go.id.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (Tangkap layar channel YouTutube KompasTV)

Beberapa wilayah yang diprediksi terdampak hujan dengan instensitas tinggi hingga eksrem, di antaranya:

1. Pulau Sumatera bagian tengah.

2. Pulau Jawa.

3. Pulau Kalimantan bagian selatan.

4. Pulau Sulawesi bagian selatan.

5. Pulau Sulawesi bagian tenggara.

BNPB mengimbau agar masyarakat memersiapkan segala sesuatu untuk mengantisipasi kemungkinan bencana yang berpotensi terjadi.

Diberitakan sebelumnya, curah hujan yang ekstrem mengakibatkan sejumlah wilayah di Jakarta terendam banjir akibat guyuran hujan pada malam pergantian tahun.

Kepala Badan Metereologi Publik, Fachri Radjab mengatakan curah hujan tinggi diprediksi masih akan mengguyur Jakarta dan sekitarnya hinga satu pekan ke depan.

Baca: Anies Baswedan Bakal Digugat Korban Banjir Jakarta, TGUPP: Ini Adalah Hujan 200 Tahunan

"Curah hujan masih sampai ke minggu depan dan yang perlu kita cermati saat ini adalah belum memasuki puncak musim hujan," ujar Fachri di Kawasan Monas, Jakarta, Rabu (1/1/2019).

Kepala Badan Metereologi Publik Fachri Radjab (Tribunnews.com/ Taufik Ismail)

Diwartakan Tribunnews, menurut Fachri saat ini belum memasuki puncak musim hujan.

Karena itu, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat akan terjadi pada tujuh hari ke depan.

"Jadi kita masih awal, BMKG akan menginformasikan warning itu 3 jam sebelum kejadian, seperti halnya kami infokan ke masyarakat," katanya

Selain itu, menurutnya diprediksi akan ada pasang air laut pada 5-6 Januari 2019.

Untuk diketahui kepala BNPB Doni Monardo mengatakan bahwa kenaikan permukaan air laut menjadi salah satu faktor meluapnya air.

Kenaikan permukaan air laut membuat aliran air dari sungai terhambat.

Tercatat air laut berada dalam ketinggian 184 centimeter.

Padahal normalnya di bawah 150 centimeter.

"Sehingga sebagian dari air yang ada darat tidak bisa lancar mengalir ke laut," katanya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini