Sepengetahuan Tursila, klinik itu biasa didatangi tiga hingga empat pasien atau pelanggan.
Rata-rata, kata dia, mereka yang berkunjung ke klinik itu berpasangan.
Baca: Ingin Aborsi, Wanita di Gorontalo Malah Kehilangan Bayinya yang Dibawa Kabur Dukun Beranak
"Pasti kebanyakan wanita sama laki-laki, saya pikir mah suami istri sih. Ada juga yang bawa anak kecil kok," kata dia.
Sementara, Chandra Setiawan (33), karyawan restorasi vespa yang bertetanggaan dengan klinik itu mengatakan, para pelanggan klinik kebanyakan mengantar sampai ke halaman. Wajah-wajah pelanggan tidak terlihat.
Bahkan, biasanya jika diantar naik ojek online maupun mobil, mereka menggunakan masker atau menutupi wajahnya dengan kain.
"Siapa-siapanya saya tidak tahu nih, pokoknya mereka masuk tuh kayak menutup identitas, kadang naik mobil diantar sampai halaman, kadang juga kalau ada di antar depan gerbang, langsung buru-buru masuk sambil tutupin wajahnya," ujar dia.
Selain pelanggan yang menyembunyikan identitasnya, para karyawan klinik itu pun, kata Chandra, tak berbaur. Mereka seolah menjauh dari tetangga.
"Ya karyawannya juga diam aja sih, mereka tidak ada yang berbaur. Lagian kan mereka tidak ada yang menginap, semuanya pulang pergi," ucap dia.
Ia mengaku kaget saat tahu rumah itu dijadikan klinikn aborsi. Sebab tidak terlihat ada kegiatan itu.
"Saya mah kaget banget, saya pikir klinik biasa doang," ucap dia. Meski demikian, ia bersyukur jika tempat maksiat itu tidak lagi dibuka.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judulĀ Mengunjungi Rumah Sewaan yang Disulap Jadi Klinik Aborsi di Paseban