Menanggapi pertanyaan Sujiwo, Tika menyebut tindakan lunak orangtua terhadap anak sebagai kesalahan fatal yang bisa menghancurkan anak.
"Jadi memang ini kan fenomena orangtua bekerja, bapak ibu karena kita menghindari rasa bersalah, jadi kita lebih permisif ke anak," jawab Tika.
"Sebenarnya pola asuh permisif itu salah besar bapak ibu, karena apa-apa diperbolehkan. Maksudnya sih sayang anak, tapi ternyata itu menghancurkan anak," terangnya.
Baca: Sebut Perilaku Siswi SMP yang Nekat Bunuh Bocah 5 Tahun Bisa Berubah, Kak Seto: Jangan Dipenjara
Baca: Psikolog Ungkap Pemicu Remaja Bunuh Bocah 6 Tahun, Soal Inspirasi Film hingga Faktor Keluarga
Tika kemudian memberi gambaran para orangtua yang bisa dengan mudah mengakses konten porno di internet, begitu juga dengan anak-anak.
"Karena bapak ibu kalau sekarang saya minta ngeklik di Google, nuwun sewu, 'Gambar orang telanjang', gampang saja, klik saja. Coba deh lihat yang keluar apa," kata Tika.
Tika mengaku dirinya pernah mempraktikkan fitur di televisi digital untuk membatasi akses anak terhadap konten dewasa.
Sedangkan tidak semua gadget mendukung fitur tersebut.
Maka dari itu, Tika mengingatkan para orangtua untuk selalu menampingi tumbuh kembang anak.
Jika orangtua terlalu sibuk, maka bisa menitipkan anak pada orang terpercaya dan pastikan memiliki tingkat kedisiplinan yang sama.
"Intinya sih kalau memang orangtua ini merasa bersalah, (misal) dititipkan ke orang, bisa siapa saja yang di rumah, ini disiplinnya harus sama," ucapnya.
Dampak Gadget pada Anak
Saat membahas gadget, Tika teringat ucapan pendiri Microsoft Corporation, Bill Gates, gadget idealnya diberikan pada anak ketika sudah berusia 14 tahun.
Sementara itu, bagi Tika, banyak sekali orangtua di Indonesia yang memberikan gadget sejak anaknya masih kecil tanpa peduli apa dampak jangka panjangnya.
"Saya selalu ingat apa kata Bill Gates, dia pernah bilang, anak-anak tuh punya gadget (seharusnya) di umur 14 tahun," ungkap Tika.