TRIBUNNEWS.COM - Psikolog dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Hudaniah, S Psi M Psi, menyoroti ramainya kerumunan warga saat menghadiri seremoni penutupan McDonald's Sarinah.
Aksi tersebut menuai kecaman karena mendatangkan kerumunan massa di sekitar Jalan M.H. Thamrin, Menteng, Jakarta Pusat pada Minggu (10/5/2020) malam.
Kecaman tersebut disebabkan Provinsi DKI Jakarta masih menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Terkait aksi tersebut, Psikolog Hudan pun memberikan analisisnya.
Ia menilai aksi yang dilakukan sejumlah warga merupakan respons dari branding image McDonald's itu sendiri.
"Dari sudut psikologi, kita bicara tentang perilaku konsumen, hal ini tentu tidak lepas dari image product McDonald's yang sudah ada di ratusan negara."
"Terlebih khusus di Sarinah, itu seperti ikonnya McDonald's di Jakarta," kata Hudan kepada Tribunnews, Senin (11/5/2020).
Baca: Bikin Kerumunan saat PSBB, Penyelenggara Perpisahan McDonalds Sarinah Kena Tegur Keras
Menurut Kepala UPT Bimbingan dan Konseling UMM itu, faktor berkumpulnya massa juga bisa dipengaruhi sejarah dari McDonald's Sarinah di Indonesia.
"Istimewanya di Sarinah itu McDonald's pertama di Indonesia dan 30 tahun beroperasi."
"Tentu sudah menjangkau banyak sekali pelanggan dan terjadi (transaksi, red) berulang-ulang," paparnya.
Hudan menuturkan, hal ini lah yang membuat McDonald's Sarinah melekat di hati para pelanggannya.
"Jadi sudah membentuk kecintaan masyarakat terhadap produknya, kalau di McDonald's lain yang tidak menjadi sejarah, konsumennya barangkali tidak akan seheboh itu," jelas Hudan.
Atas alasan inilah, Hudan menerangkan, sebagian masyarakat tentu merasa kehilangan.
Baca: Gerai di Sarinah Tutup, Si Badut Ronald McDonald Sudah Tak Terlihat Lagi Duduk di Kursi Depan
Kendati demikian, Hudan mengaku tidak heran terkait para warga yang melanggar aturan PSBB.
Pasalnya, penerapan PSBB adalah hal yang tidak disukai masyarakat, berbanding terbalik dengan penutupan McDonald's Sarinah.
"Sementara ini lawannya McDonald's Sarinah yang sudah 30 tahun beroperasi dan mau tutup untuk selamanya."
"Jadi lebih menarik melihat seremoni penutupannya, karena mereka berpikirnya tidak akan punya kesempatan untuk melihat lagi," ungkap Hudan.
Disamping itu, lanjut Hudan, efek dari melanggar aturan PSBB ini tidak langsung terlihat.
Selain itu, Ia mengatakan masyarakat yang abai pada aturan PSBB, bisa terjadi karena ketidaksadarannya akan bahaya virus corona.
Baca: Penutupan McDonalds Sarinah Malah Diserbu Ratusan Orang, Ada yang Sampai Reuni dengan Teman-teman
"Meski dilakukan PSBB, evaluasi masyarakat akan bahaya corona tidak tampak pada diri mereka, seperti merasa buktinya aku tidak apa-apa," kata dia.
Terlebih, aturan PSBB juga dirasa menghambat kebutuhan diri masing-masing orang.
Di antaranya seperti kebutuhan fisiologis dan sosial yang tidak terpenuhi.
Untuk itu, Hudan mengatakan, kesadaran masyarakat belum tinggi terhadap aturan PSBB.
"Jadi kesadaran masyarakat belum tinggi terkait PSBB."
"Mereka merasa lebih tertarik dengan seremoni penutupan McDonald's Sarinah karena tidak akan ada lagi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)