"Istrinya pingsan terus. Masih trauma berat. Kami akan lakukan trauma healing untuk menyembuhkan psikisnya agar pulih kembali," kata Ade.
Tanggapan psikolog
Peristiwa tragis terjadi saat seorang ayah diduga nekat gantung diri setelah menghabisi dua anak kandungnya yang berusia 14 tahun dan 3 tahun di Balaraja, Tangerang.
Kejadian ini diketahui, Kamis (11/6/2020) dinihari.
Dari hasil penyelidikan polisi, diketahui sebelum kejadian, sang ayah yang merupakan pengepul barang bekas, ribut dengan istrinya, atau ibu kandung dari dua anak yang dibunuhnya.
Pemicu keributan diduga karena masalah ekonomi.
Melihat fenomena ini, pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mengatakan Investigasi perlu disandarkan pada three level analysis.
"Pertama, pemicunya apakah keributan terakhir antara pelaku dan istri; perilaku anak-anak selaku korban, sesaat sebelum mereka dihabisi; serta ada tidaknya konsumsi obat-obatan yang menghilangkan kesadaran sesaat sebelum aksi pembunuhan dilakukan," kata Reza kepada Warta Kota, Kamis (11/6/2020).
Kedua katanya adalah pembiasaan, yakni misalnya kemelaratan secara ekonomi atau konflik berkepanjangan.
Dan yang mendasar ujar Reza, gangguan pengendalian emosi seperti kecerdasan yang kurang atau masalah kejiwaan serius.
"Cek juga kemungkinan guncangan emosional yang ekstrim. Pembelaan diri semacam itu terpenuhi jika aksi didahului provokasi eksternal. Bisa dari anak-anak, maupun dari istri atau pihak lainnya," kata Reza.
Jika provokasi datang dari anak-anak, menurut Reza, maka anak-anak merupakan sasaran aktual. "Jika provokasi dari istri, maka anak-anak adalah sasaran pengganti atau displacement," kata Reza.
"Selain itu, tidak ada atau sangat dekat jarak waktu antara provokasi eksternal tersebut dan aksi pembunuhan atau no cooling-off period, juga perlu diamati," kata Reza.
-
Baca: Kasus Covid-19 di Jawa Timur Tinggi, dr Tirta Singgung Nyali Warga yang Besar: Saya Akui, Wani Perih
Dari semua analisa atas kejadian itu kata Reza diharapkan, semua pihak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa ini.